NAMA : DWI
LILLAH DHAMAYANTI
KELAS :
4EA28
NPM :
12212290
Implementasi Balanced Scorecard
Organisasi sangat membutuhkan untuk menerapkan Balanced Sorecard sebagai
satu set ukuran kinerja yang multi dimensi. Hal ini mencerminkan kebutuhan
untuk mengukur semua bidang kinerja yang penting bagi keberhasilan organisasi.
Pendekatan yang paling luas dikenal sebagai pengukuran kinerja. Balanced
Scorecard sekarang banyak digunakan sebagai untuk pengembangan strategi dan
sebagai alat eksekusi yang dikembangkan dalam lingkungan operasional. Balanced
Scorecard menerjemahkan visi dan misi serta strategi perusahaan ke dalam
seperangkat ukuran kinerja yang dimengerti (indikator), sehingga strategi dapat
dipahami, dikomunikasikan dan diukur, dengan demikian, berfungsi untuk semua
kegiatan. Selain itu, indikator memungkinkan pemantauan tingkat akurasi
pelaksanaan strategi (Kaplan & Norton, 1996). Balanced Scorecad telah
banyak diterapkan sebagai alat ukur kinerja baik dalam bisnis manufaktur dan
jasa. Penerapannya adalah dengan berfokus pada empat perspektif Balanced
Scorecard. Pembahasan mengenai pengukuran kinerjadengan menggunakan
Balanced Scorecard lebih sering dilakukan dalam konteks penerapannya pada
perusahaan atau organisasi yang bertujuan mencari laba (profit-seeking
organisations). Jarang sekali ada pembahasan mengenai penerapan Balanced
Scorecard pada organisasi nirlaba (not-for-profit organisations) atau
organisasi dengan karakteristik khusus seperti koperasi, yang ditandai
relational contracting, yakni saat owner dan consumer adalah orang yang sama,
serta di mana mutual benefit anggota menjadi prioritasnya yang utama
(Merchant, 1998). Pada organisasi-organisasi semacam ini, keberhasilan haruslah
lebih didasarkan pada kesuksesan pencapaian misi secara luas daripada sekedar
perolehan keuntungan. Pengukuran aspek keuangan ternyata tidak mampu menangkap
aktivitas-aktivitas yang menciptakan nilai (value-creating activities) dari
aktiva-aktiva tidak berwujud seperti : 1)
Adanya dukungan politis, peraturan perundang-undangan, dan dari masyarakat
(Kaplan dan Norton, 2000) Dengan Balanced Scorecard para manajer perusahaan
akan mampu mengukur bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan
nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang
akan datang. Balanced Scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah
diinvestasikan dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem dan
prosedur, demi perbaikan kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama dapat
dinilai pula apa yang telah dibina dalam
intangible assets
seperti merk dan loyalitas pelanggan.
11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Pengembangan BSC kedalam setiap bentuk organisasi baik profit dan nonprofit
memang memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada implementasi misi dan
perspektif prioritas yang diinginkan seperti perspektif finansial digantikan
oleh perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC adalah metoda yang
cukup fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya sekedar mengukur
aspek finansial semata namun ingin mengetahui parameter pendukung kesuksesan
finansial organisasi dimasa datang, sehingga sustainabilitas organisasi dapat
lebih terjamin. Untuk menerjemahkan prinsip BSC kedalam indikator pengelolaan
sumber daya alam lingkungan perlu dilakukan secara hati-hati agar benar-benar
mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis organisasi tersebut. Hal ini terkait
dengan jaringan infrastruktur informasi yang ada dan kuat tidaknya budaya yang
melekat dalam organisasi tersebut. Secara umum, penentuan indikator penerapan
BSC dalam pengelolaan sumber daya alam akan tergantung pada : 1)
Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi masyarakat dan jalinan kuat antar
misi tersebut berbentuk visi dan nilai bersama (sustainable development dan
cita-cita bersama) 2)
Perlu dilakukan berjenjang dan bertahap untuk mewujudkannya agar efektif 3)
Motivasi mewujudkan visi bersama dan tujuan bersama agar sinergi dan
optimalisasi misi masing-masing dapat tercapai dengan cara insentif dari
pihak regulator atau dorongan faktor eksternal untuk mewujudkan visi
tersebut.
B.
Saran
Saran akhir yang dapat disampaikan adalah pengembangan BSC sendiri perlu
dilakukan penyesuaian dengan kondisi organisasi perusahaan ini dilakukan agar
penerapan BSC dapat berjalan dengan lancar agar dapat menghasilkan
keuntungan perusahaan tidak hanya untuk jangka pendek tapi juga untuk
jangka panjang.
12
Daftar Pustaka
Kaplan, S. Robert, dan David, P. Norton, (1996). The
Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action, Edisi satu, Boston,
United States of America: Harvard Business School Press. Kaplan, S. Robert dan
David, P. Norton, (Januari-Pebruari 1992), The Balanced Scorecard: Measures
that Drive Performance, Harvard Business Review, Boston,United States of
America: Harvard Business School Press. Mattson, Beth, (1999). Executives learn
how to keep score : Balanced Scorecard gets all employees focusing on vision,
http://www.ianalliot.com. Mavrinac, Sarah, dan Michael, Vitale, (1999). The
Balanced Scorecard, http://www.research.com. Mulyadi, dan Johny, Setyawan,
(1999). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen : Sistem Pelipatganda
Kinerja Perusahaan, Edisi satu, Yogyakarta:Aditya Media.
10
6)
Adanya dukungan politis, peraturan perundang-undangan, dan dari masyarakat
(Kaplan dan Norton, 2000) Dengan Balanced Scorecard para manajer perusahaan
akan mampu mengukur bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan
nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang
akan datang. Balanced Scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah
diinvestasikan dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem dan
prosedur, demi perbaikan kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama dapat
dinilai pula apa yang telah dibina dalam
intangible assets
seperti merk dan loyalitas pelanggan.
11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Pengembangan BSC kedalam setiap bentuk organisasi baik profit dan nonprofit
memang memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada implementasi misi dan
perspektif prioritas yang diinginkan seperti perspektif finansial digantikan
oleh perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC adalah metoda yang cukup
fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya sekedar mengukur aspek
finansial semata namun ingin mengetahui parameter pendukung kesuksesan
finansial organisasi dimasa datang, sehingga sustainabilitas organisasi dapat
lebih terjamin. Untuk menerjemahkan prinsip BSC kedalam indikator pengelolaan
sumber daya alam lingkungan perlu dilakukan secara hati-hati agar benar-benar
mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis organisasi tersebut. Hal ini terkait
dengan jaringan infrastruktur informasi yang ada dan kuat tidaknya budaya yang
melekat dalam organisasi tersebut. Secara umum, penentuan indikator penerapan
BSC dalam pengelolaan sumber daya alam akan tergantung pada : 1)
Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi masyarakat dan jalinan kuat antar
misi tersebut berbentuk visi dan nilai bersama (sustainable development dan
cita-cita bersama) 2)
Perlu dilakukan berjenjang dan bertahap untuk mewujudkannya agar efektif 3)
Motivasi mewujudkan visi bersama dan tujuan bersama agar sinergi dan
optimalisasi misi masing-masing dapat tercapai dengan cara insentif dari
pihak regulator atau dorongan faktor eksternal untuk mewujudkan visi
tersebut.
B.
Saran
Saran akhir yang dapat disampaikan adalah pengembangan BSC sendiri perlu
dilakukan penyesuaian dengan kondisi organisasi perusahaan ini dilakukan agar
penerapan BSC dapat berjalan dengan lancar agar dapat menghasilkan
keuntungan perusahaan tidak hanya untuk jangka pendek tapi juga untuk
jangka panjang.
12
Daftar Pustaka
Kaplan, S. Robert, dan David, P. Norton, (1996). The
Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action, Edisi satu, Boston,
United States of America: Harvard Business School Press. Kaplan, S. Robert dan
David, P. Norton, (Januari-Pebruari 1992), The Balanced Scorecard: Measures that
Drive Performance, Harvard Business Review, Boston,United States of America:
Harvard Business School Press. Mattson, Beth, (1999). Executives learn how to
keep score : Balanced Scorecard gets all employees focusing on vision,
http://www.ianalliot.com. Mavrinac, Sarah, dan Michael, Vitale, (1999). The
Balanced Scorecard, http://www.research.com. Mulyadi, dan Johny, Setyawan,
(1999). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen : Sistem Pelipatganda
Kinerja Perusahaan, Edisi satu, Yogyakarta:Aditya Media.
10
6)
Adanya dukungan politis, peraturan perundang-undangan, dan dari masyarakat
(Kaplan dan Norton, 2000) Dengan Balanced Scorecard para manajer perusahaan
akan mampu mengukur bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan
nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang
akan datang. Balanced Scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan
dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur, demi
perbaikan kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama dapat dinilai pula
apa yang telah dibina dalam
intangible assets
seperti merk dan loyalitas pelanggan.
11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Pengembangan BSC kedalam setiap bentuk organisasi baik profit dan nonprofit
memang memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada implementasi misi dan
perspektif prioritas yang diinginkan seperti perspektif finansial digantikan
oleh perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC adalah metoda yang
cukup fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya sekedar mengukur
aspek finansial semata namun ingin mengetahui parameter pendukung kesuksesan
finansial organisasi dimasa datang, sehingga sustainabilitas organisasi dapat
lebih terjamin. Untuk menerjemahkan prinsip BSC kedalam indikator pengelolaan
sumber daya alam lingkungan perlu dilakukan secara hati-hati agar benar-benar
mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis organisasi tersebut. Hal ini terkait
dengan jaringan infrastruktur informasi yang ada dan kuat tidaknya budaya yang
melekat dalam organisasi tersebut. Secara umum, penentuan indikator penerapan
BSC dalam pengelolaan sumber daya alam akan tergantung pada : 1)
Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi masyarakat dan jalinan kuat antar
misi tersebut berbentuk visi dan nilai bersama (sustainable development dan
cita-cita bersama) 2)
Perlu dilakukan berjenjang dan bertahap untuk mewujudkannya agar efektif 3)
Motivasi mewujudkan visi bersama dan tujuan bersama agar sinergi dan
optimalisasi misi masing-masing dapat tercapai dengan cara insentif dari
pihak regulator atau dorongan faktor eksternal untuk mewujudkan visi
tersebut.
B.
Saran
Saran akhir yang dapat disampaikan adalah pengembangan BSC sendiri perlu
dilakukan penyesuaian dengan kondisi organisasi perusahaan ini dilakukan agar
penerapan BSC dapat berjalan dengan lancar agar dapat menghasilkan
keuntungan perusahaan tidak hanya untuk jangka pendek tapi juga untuk
jangka panjang.
12
Daftar Pustaka
Kaplan, S. Robert, dan David, P. Norton, (1996). The
Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action, Edisi satu, Boston,
United States of America: Harvard Business School Press. Kaplan, S. Robert dan
David, P. Norton, (Januari-Pebruari 1992), The Balanced Scorecard: Measures
that Drive Performance, Harvard Business Review, Boston,United States of
America: Harvard Business School Press. Mattson, Beth, (1999). Executives learn
how to keep score : Balanced Scorecard gets all employees focusing on vision,
http://www.ianalliot.com. Mavrinac, Sarah, dan Michael, Vitale, (1999). The
Balanced Scorecard, http://www.research.com. Mulyadi, dan Johny, Setyawan,
(1999). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen : Sistem Pelipatganda
Kinerja Perusahaan, Edisi satu, Yogyakarta:Aditya Media.
10
6)
Adanya dukungan politis, peraturan perundang-undangan,
dan dari masyarakat (Kaplan dan Norton, 2000) Dengan Balanced Scorecard para
manajer perusahaan akan mampu mengukur bagaimana unit bisnis mereka
melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan
kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced Scorecard memungkinkan
untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam pengembangan sumber
daya manusia, sistem dan prosedur, demi perbaikan kinerja di masa depan.
Melalui metode yang sama dapat dinilai pula apa yang telah dibina dalam
intangible assets
seperti merk dan loyalitas pelanggan.
11
BAB III KESIMPULAN DAN
SARAN
A.
Kesimpulan
Pengembangan BSC kedalam setiap bentuk organisasi
baik profit dan nonprofit memang memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada
implementasi misi dan perspektif prioritas yang diinginkan seperti perspektif
finansial digantikan oleh perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC
adalah metoda yang cukup fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya
sekedar mengukur aspek finansial semata namun ingin mengetahui parameter
pendukung kesuksesan finansial organisasi dimasa datang, sehingga
sustainabilitas organisasi dapat lebih terjamin. Untuk menerjemahkan prinsip
BSC kedalam indikator pengelolaan sumber daya alam lingkungan perlu dilakukan
secara hati-hati agar benar-benar mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis
organisasi tersebut. Hal ini terkait dengan jaringan infrastruktur informasi
yang ada dan kuat tidaknya budaya yang melekat dalam organisasi tersebut.
Secara umum, penentuan indikator penerapan BSC dalam pengelolaan sumber
daya alam akan tergantung pada : 1)
Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi
masyarakat dan jalinan kuat antar misi tersebut berbentuk visi dan nilai
bersama (sustainable development dan cita-cita bersama) 2)
Perlu dilakukan berjenjang dan bertahap untuk
mewujudkannya agar efektif 3)
Motivasi mewujudkan visi bersama dan tujuan bersama
agar sinergi dan optimalisasi misi masing-masing dapat tercapai dengan cara
insentif dari pihak regulator atau dorongan faktor eksternal untuk
mewujudkan visi tersebut.
B.
Saran
Saran akhir yang dapat disampaikan adalah
pengembangan BSC sendiri perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi organisasi
perusahaan ini dilakukan agar penerapan BSC dapat berjalan dengan lancar
agar dapat menghasilkan keuntungan perusahaan tidak hanya untuk jangka
pendek tapi juga untuk jangka panjang.
12
Daftar Pustaka
Kaplan, S. Robert, dan David,
P. Norton, (1996). The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action,
Edisi satu, Boston, United States of America: Harvard Business School Press.
Kaplan, S. Robert dan David, P. Norton, (Januari-Pebruari 1992), The Balanced
Scorecard: Measures that Drive Performance, Harvard Business Review,
Boston,United States of America: Harvard Business School Press. Mattson, Beth,
(1999). Executives learn how to keep score : Balanced Scorecard gets all
employees focusing on vision, http://www.ianalliot.com. Mavrinac, Sarah, dan
Michael, Vitale, (1999). The Balanced Scorecard, http://www.research.com.
Mulyadi, dan Johny, Setyawan, (1999). Sistem Perencanaan dan Pengendalian
Manajemen : Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Edisi satu,
Yogyakarta:Aditya Media.
9
I.
Implementasi Balanced
Scorecard
Organisasi sangat membutuhkan untuk menerapkan
Balanced Sorecard sebagai satu set ukuran kinerja yang multi dimensi. Hal ini
mencerminkan kebutuhan untuk mengukur semua bidang kinerja yang penting bagi
keberhasilan organisasi. Pendekatan yang paling luas dikenal sebagai pengukuran
kinerja. Balanced Scorecard sekarang banyak digunakan sebagai untuk
pengembangan strategi dan sebagai alat eksekusi yang dikembangkan dalam
lingkungan operasional. Balanced Scorecard menerjemahkan visi dan misi serta
strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran kinerja yang dimengerti
(indikator), sehingga strategi dapat dipahami, dikomunikasikan dan diukur,
dengan demikian, berfungsi untuk semua kegiatan. Selain itu, indikator
memungkinkan pemantauan tingkat akurasi pelaksanaan strategi (Kaplan &
Norton, 1996). Balanced Scorecad telah banyak diterapkan sebagai alat ukur
kinerja baik dalam bisnis manufaktur dan jasa. Penerapannya adalah dengan
berfokus pada empat perspektif Balanced Scorecard. Pembahasan mengenai
pengukuran kinerjadengan menggunakan Balanced Scorecard lebih sering
dilakukan dalam konteks penerapannya pada perusahaan atau organisasi yang
bertujuan mencari laba (profit-seeking organisations). Jarang sekali ada
pembahasan mengenai penerapan Balanced Scorecard pada organisasi nirlaba
(not-for-profit organisations) atau organisasi dengan karakteristik khusus
seperti koperasi, yang ditandai relational contracting, yakni saat owner dan
consumer adalah orang yang sama, serta di mana mutual benefit anggota menjadi
prioritasnya yang utama (Merchant, 1998). Pada organisasi-organisasi
semacam ini, keberhasilan haruslah lebih didasarkan pada kesuksesan pencapaian
misi secara luas daripada sekedar perolehan keuntungan. Pengukuran aspek
keuangan ternyata tidak mampu menangkap aktivitas-aktivitas yang menciptakan
nilai (value-creating activities) dari aktiva-aktiva tidak berwujud
seperti : 1)
Keterampilan, kompetensi, dan motivasi para pegawai
2)
Database dan teknologi informasi 3)
Proses operasi yang efisien dan responsif 4)
Inovasi dalam produk dan jasa 5)
Hubungan dan kesetiaan pelanggan
10
6)
Adanya dukungan politis, peraturan
perundang-undangan, dan dari masyarakat (Kaplan dan Norton, 2000) Dengan
Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur bagaimana
unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap
mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced
Scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam
pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur, demi perbaikan
kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama dapat dinilai pula apa yang
telah dibina dalam
intangible assets
seperti merk dan loyalitas pelanggan.
11
BAB III KESIMPULAN DAN
SARAN
A.
Kesimpulan
Pengembangan BSC kedalam setiap bentuk organisasi
baik profit dan nonprofit memang memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada
implementasi misi dan perspektif prioritas yang diinginkan seperti perspektif
finansial digantikan oleh perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC
adalah metoda yang cukup fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya
sekedar mengukur aspek finansial semata namun ingin mengetahui parameter
pendukung kesuksesan finansial organisasi dimasa datang, sehingga
sustainabilitas organisasi dapat lebih terjamin. Untuk menerjemahkan prinsip
BSC kedalam indikator pengelolaan sumber daya alam lingkungan perlu dilakukan
secara hati-hati agar benar-benar mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis
organisasi tersebut. Hal ini terkait dengan jaringan infrastruktur informasi
yang ada dan kuat tidaknya budaya yang melekat dalam organisasi tersebut.
Secara umum, penentuan indikator penerapan BSC dalam pengelolaan sumber
daya alam akan tergantung pada : 1)
Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi
masyarakat dan jalinan kuat antar misi tersebut berbentuk visi dan nilai
bersama (sustainable development dan cita-cita bersama) 2)
Perlu dilakukan berjenjang dan bertahap untuk mewujudkannya
agar efektif 3)
Motivasi mewujudkan visi bersama dan tujuan bersama
agar sinergi dan optimalisasi misi masing-masing dapat tercapai dengan cara
insentif dari pihak regulator atau dorongan faktor eksternal untuk
mewujudkan visi tersebut.
B.
Saran
Saran akhir yang dapat disampaikan adalah
pengembangan BSC sendiri perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi organisasi
perusahaan ini dilakukan agar penerapan BSC dapat berjalan dengan lancar
agar dapat menghasilkan keuntungan perusahaan tidak hanya untuk jangka
pendek tapi juga untuk jangka panjang.
12
Daftar Pustaka
Kaplan, S. Robert, dan David,
P. Norton, (1996). The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action,
Edisi satu, Boston, United States of America: Harvard Business School Press.
Kaplan, S. Robert dan David, P. Norton, (Januari-Pebruari 1992), The Balanced
Scorecard: Measures that Drive Performance, Harvard Business Review,
Boston,United States of America: Harvard Business School Press. Mattson, Beth,
(1999). Executives learn how to keep score : Balanced Scorecard gets all
employees focusing on vision, http://www.ianalliot.com. Mavrinac, Sarah, dan
Michael, Vitale, (1999). The Balanced Scorecard, http://www.research.com.
Mulyadi, dan Johny, Setyawan, (1999). Sistem Perencanaan dan Pengendalian
Manajemen : Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Edisi satu,
Yogyakarta:Aditya Media.
10
6)
Adanya dukungan politis, peraturan
perundang-undangan, dan dari masyarakat (Kaplan dan Norton, 2000) Dengan
Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur bagaimana
unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan
kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced Scorecard memungkinkan
untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam pengembangan sumber
daya manusia, sistem dan prosedur, demi perbaikan kinerja di masa depan.
Melalui metode yang sama dapat dinilai pula apa yang telah dibina dalam
intangible assets
seperti merk dan loyalitas pelanggan.
11
BAB III KESIMPULAN DAN
SARAN
A.
Kesimpulan
Pengembangan BSC kedalam setiap bentuk organisasi
baik profit dan nonprofit memang memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada
implementasi misi dan perspektif prioritas yang diinginkan seperti perspektif
finansial digantikan oleh perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC
adalah metoda yang cukup fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya
sekedar mengukur aspek finansial semata namun ingin mengetahui parameter
pendukung kesuksesan finansial organisasi dimasa datang, sehingga
sustainabilitas organisasi dapat lebih terjamin. Untuk menerjemahkan prinsip
BSC kedalam indikator pengelolaan sumber daya alam lingkungan perlu dilakukan
secara hati-hati agar benar-benar mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis
organisasi tersebut. Hal ini terkait dengan jaringan infrastruktur informasi
yang ada dan kuat tidaknya budaya yang melekat dalam organisasi tersebut.
Secara umum, penentuan indikator penerapan BSC dalam pengelolaan sumber
daya alam akan tergantung pada : 1)
Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi
masyarakat dan jalinan kuat antar misi tersebut berbentuk visi dan nilai
bersama (sustainable development dan cita-cita bersama) 2)
Perlu dilakukan berjenjang dan bertahap untuk
mewujudkannya agar efektif 3)
Motivasi mewujudkan visi bersama dan tujuan bersama
agar sinergi dan optimalisasi misi masing-masing dapat tercapai dengan cara
insentif dari pihak regulator atau dorongan faktor eksternal untuk
mewujudkan visi tersebut.
B.
Saran
Saran akhir yang dapat disampaikan adalah
pengembangan BSC sendiri perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi organisasi
perusahaan ini dilakukan agar penerapan BSC dapat berjalan dengan lancar
agar dapat menghasilkan keuntungan perusahaan tidak hanya untuk jangka
pendek tapi juga untuk jangka panjang.
12
Daftar Pustaka
Kaplan, S. Robert, dan David,
P. Norton, (1996). The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action,
Edisi satu, Boston, United States of America: Harvard Business School Press.
Kaplan, S. Robert dan David, P. Norton, (Januari-Pebruari 1992), The Balanced
Scorecard: Measures that Drive Performance, Harvard Business Review, Boston,United
States of America: Harvard Business School Press. Mattson, Beth, (1999).
Executives learn how to keep score : Balanced Scorecard gets all employees
focusing on vision, http://www.ianalliot.com. Mavrinac, Sarah, dan Michael,
Vitale, (1999). The Balanced Scorecard, http://www.research.com. Mulyadi, dan
Johny, Setyawan, (1999). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen : Sistem
Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Edisi satu, Yogyakarta:Aditya Media.
10
6)
Adanya dukungan politis, peraturan
perundang-undangan, dan dari masyarakat (Kaplan dan Norton, 2000) Dengan
Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur bagaimana
unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap
mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced
Scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam
pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur, demi perbaikan
kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama dapat dinilai pula apa yang
telah dibina dalam
intangible assets
seperti merk dan loyalitas pelanggan.
11
BAB III KESIMPULAN DAN
SARAN
A.
Kesimpulan
Pengembangan BSC kedalam setiap bentuk organisasi
baik profit dan nonprofit memang memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada
implementasi misi dan perspektif prioritas yang diinginkan seperti perspektif
finansial digantikan oleh perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC
adalah metoda yang cukup fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya
sekedar mengukur aspek finansial semata namun ingin mengetahui parameter
pendukung kesuksesan finansial organisasi dimasa datang, sehingga
sustainabilitas organisasi dapat lebih terjamin. Untuk menerjemahkan prinsip
BSC kedalam indikator pengelolaan sumber daya alam lingkungan perlu dilakukan
secara hati-hati agar benar-benar mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis
organisasi tersebut. Hal ini terkait dengan jaringan infrastruktur informasi
yang ada dan kuat tidaknya budaya yang melekat dalam organisasi tersebut.
Secara umum, penentuan indikator penerapan BSC dalam pengelolaan sumber
daya alam akan tergantung pada : 1)
Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi
masyarakat dan jalinan kuat antar misi tersebut berbentuk visi dan nilai
bersama (sustainable development dan cita-cita bersama) 2)
Perlu dilakukan berjenjang dan bertahap untuk
mewujudkannya agar efektif 3)
Motivasi mewujudkan visi bersama dan tujuan bersama
agar sinergi dan optimalisasi misi masing-masing dapat tercapai dengan cara
insentif dari pihak regulator atau dorongan faktor eksternal untuk
mewujudkan visi tersebut.
B.
Saran
Saran akhir yang dapat disampaikan adalah
pengembangan BSC sendiri perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi organisasi
perusahaan ini dilakukan agar penerapan BSC dapat berjalan dengan lancar
agar dapat menghasilkan keuntungan perusahaan tidak hanya untuk jangka
pendek tapi juga untuk jangka panjang.
12
Daftar Pustaka
Kaplan, S. Robert, dan David,
P. Norton, (1996). The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action,
Edisi satu, Boston, United States of America: Harvard Business School Press.
Kaplan, S. Robert dan David, P. Norton, (Januari-Pebruari 1992), The Balanced
Scorecard: Measures that Drive Performance, Harvard Business Review,
Boston,United States of America: Harvard Business School Press. Mattson, Beth,
(1999). Executives learn how to keep score : Balanced Scorecard gets all
employees focusing on vision, http://www.ianalliot.com. Mavrinac, Sarah, dan
Michael, Vitale, (1999). The Balanced Scorecard, http://www.research.com.
Mulyadi, dan Johny, Setyawan, (1999). Sistem Perencanaan dan Pengendalian
Manajemen : Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Edisi satu,
Yogyakarta:Aditya Media.
10
6)
Adanya dukungan politis, peraturan
perundang-undangan, dan dari masyarakat (Kaplan dan Norton, 2000) Dengan
Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur bagaimana
unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap
mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced
Scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam
pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur, demi perbaikan
kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama dapat dinilai pula apa yang
telah dibina dalam
intangible assets
seperti merk dan loyalitas pelanggan.
11
BAB III KESIMPULAN DAN
SARAN
A.
Kesimpulan
Pengembangan BSC kedalam setiap bentuk organisasi
baik profit dan nonprofit memang memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada
implementasi misi dan perspektif prioritas yang diinginkan seperti perspektif
finansial digantikan oleh perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC
adalah metoda yang cukup fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya
sekedar mengukur aspek finansial semata namun ingin mengetahui parameter
pendukung kesuksesan finansial organisasi dimasa datang, sehingga
sustainabilitas organisasi dapat lebih terjamin. Untuk menerjemahkan prinsip
BSC kedalam indikator pengelolaan sumber daya alam lingkungan perlu dilakukan
secara hati-hati agar benar-benar mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis
organisasi tersebut. Hal ini terkait dengan jaringan infrastruktur informasi
yang ada dan kuat tidaknya budaya yang melekat dalam organisasi tersebut.
Secara umum, penentuan indikator penerapan BSC dalam pengelolaan sumber daya
alam akan tergantung pada : 1)
Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi
masyarakat dan jalinan kuat antar misi tersebut berbentuk visi dan nilai
bersama (sustainable development dan cita-cita bersama) 2)
Perlu dilakukan berjenjang dan bertahap untuk mewujudkannya
agar efektif 3)
Motivasi mewujudkan visi bersama dan tujuan bersama
agar sinergi dan optimalisasi misi masing-masing dapat tercapai dengan cara
insentif dari pihak regulator atau dorongan faktor eksternal untuk
mewujudkan visi tersebut.
B.
Saran
Saran akhir yang dapat disampaikan adalah
pengembangan BSC sendiri perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi organisasi
perusahaan ini dilakukan agar penerapan BSC dapat berjalan dengan lancar
agar dapat menghasilkan keuntungan perusahaan tidak hanya untuk jangka
pendek tapi juga untuk jangka panjang.
12
Daftar Pustaka
Kaplan, S. Robert, dan David,
P. Norton, (1996). The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action,
Edisi satu, Boston, United States of America: Harvard Business School Press.
Kaplan, S. Robert dan David, P. Norton, (Januari-Pebruari 1992), The Balanced
Scorecard: Measures that Drive Performance, Harvard Business Review,
Boston,United States of America: Harvard Business School Press. Mattson, Beth,
(1999). Executives learn how to keep score : Balanced Scorecard gets all
employees focusing on vision, http://www.ianalliot.com. Mavrinac, Sarah, dan
Michael, Vitale, (1999). The Balanced Scorecard, http://www.research.com.
Mulyadi, dan Johny, Setyawan, (1999). Sistem Perencanaan dan Pengendalian
Manajemen : Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Edisi satu,
Yogyakarta:Aditya Media.
10
6)
Adanya dukungan politis, peraturan
perundang-undangan, dan dari masyarakat (Kaplan dan Norton, 2000) Dengan
Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur bagaimana
unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap
mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced
Scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam
pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur, demi perbaikan
kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama dapat dinilai pula apa yang
telah dibina dalam
intangible assets
seperti merk dan loyalitas pelanggan.
11
BAB III KESIMPULAN DAN
SARAN
A.
Kesimpulan
Pengembangan BSC kedalam setiap bentuk organisasi
baik profit dan nonprofit memang memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada
implementasi misi dan perspektif prioritas yang diinginkan seperti perspektif
finansial digantikan oleh perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC
adalah metoda yang cukup fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya
sekedar mengukur aspek finansial semata namun ingin mengetahui parameter
pendukung kesuksesan finansial organisasi dimasa datang, sehingga
sustainabilitas organisasi dapat lebih terjamin. Untuk menerjemahkan prinsip
BSC kedalam indikator pengelolaan sumber daya alam lingkungan perlu dilakukan
secara hati-hati agar benar-benar mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis
organisasi tersebut. Hal ini terkait dengan jaringan infrastruktur informasi
yang ada dan kuat tidaknya budaya yang melekat dalam organisasi tersebut.
Secara umum, penentuan indikator penerapan BSC dalam pengelolaan sumber
daya alam akan tergantung pada : 1)
Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi
masyarakat dan jalinan kuat antar misi tersebut berbentuk visi dan nilai
bersama (sustainable development dan cita-cita bersama) 2)
Perlu dilakukan berjenjang dan bertahap untuk
mewujudkannya agar efektif 3)
Motivasi mewujudkan visi bersama dan tujuan bersama
agar sinergi dan optimalisasi misi masing-masing dapat tercapai dengan cara
insentif dari pihak regulator atau dorongan faktor eksternal untuk
mewujudkan visi tersebut.
B.
Saran
Saran akhir yang dapat disampaikan adalah
pengembangan BSC sendiri perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi organisasi
perusahaan ini dilakukan agar penerapan BSC dapat berjalan dengan lancar
agar dapat menghasilkan keuntungan perusahaan tidak hanya untuk jangka
pendek tapi juga untuk jangka panjang.
12
Daftar Pustaka
Kaplan, S. Robert, dan David,
P. Norton, (1996). The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action,
Edisi satu, Boston, United States of America: Harvard Business School Press.
Kaplan, S. Robert dan David, P. Norton, (Januari-Pebruari 1992), The Balanced
Scorecard: Measures that Drive Performance, Harvard Business Review,
Boston,United States of America: Harvard Business School Press. Mattson, Beth,
(1999). Executives learn how to keep score : Balanced Scorecard gets all
employees focusing on vision, http://www.ianalliot.com. Mavrinac, Sarah, dan
Michael, Vitale, (1999). The Balanced Scorecard, http://www.research.com.
Mulyadi, dan Johny, Setyawan, (1999). Sistem Perencanaan dan Pengendalian
Manajemen : Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Edisi satu,
Yogyakarta:Aditya Media.
10
6)
Adanya dukungan politis, peraturan
perundang-undangan, dan dari masyarakat (Kaplan dan Norton, 2000) Dengan
Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur bagaimana
unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap
mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced
Scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam
pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur, demi perbaikan
kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama dapat dinilai pula apa yang
telah dibina dalam
intangible assets
seperti merk dan loyalitas pelanggan.
11
BAB III KESIMPULAN DAN
SARAN
A.
Kesimpulan
Pengembangan BSC kedalam setiap bentuk organisasi
baik profit dan nonprofit memang memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada
implementasi misi dan perspektif prioritas yang diinginkan seperti perspektif
finansial digantikan oleh perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC
adalah metoda yang cukup fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya
sekedar mengukur aspek finansial semata namun ingin mengetahui parameter
pendukung kesuksesan finansial organisasi dimasa datang, sehingga
sustainabilitas organisasi dapat lebih terjamin. Untuk menerjemahkan prinsip
BSC kedalam indikator pengelolaan sumber daya alam lingkungan perlu dilakukan
secara hati-hati agar benar-benar mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis
organisasi tersebut. Hal ini terkait dengan jaringan infrastruktur informasi
yang ada dan kuat tidaknya budaya yang melekat dalam organisasi tersebut.
Secara umum, penentuan indikator penerapan BSC dalam pengelolaan sumber
daya alam akan tergantung pada : 1)
Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi
masyarakat dan jalinan kuat antar misi tersebut berbentuk visi dan nilai
bersama (sustainable development dan cita-cita bersama) 2)
Perlu dilakukan berjenjang dan bertahap untuk
mewujudkannya agar efektif 3)
Motivasi mewujudkan visi bersama dan tujuan bersama
agar sinergi dan optimalisasi misi masing-masing dapat tercapai dengan cara
insentif dari pihak regulator atau dorongan faktor eksternal untuk
mewujudkan visi tersebut.
B.
Saran
Saran akhir yang dapat disampaikan adalah
pengembangan BSC sendiri perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi organisasi
perusahaan ini dilakukan agar penerapan BSC dapat berjalan dengan lancar
agar dapat menghasilkan keuntungan perusahaan tidak hanya untuk jangka
pendek tapi juga untuk jangka panjang.
12
Daftar Pustaka
Kaplan, S. Robert, dan David,
P. Norton, (1996). The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action,
Edisi satu, Boston, United States of America: Harvard Business School Press.
Kaplan, S. Robert dan David, P. Norton, (Januari-Pebruari 1992), The Balanced Scorecard:
Measures that Drive Performance, Harvard Business Review, Boston,United States
of America: Harvard Business School Press. Mattson, Beth, (1999). Executives
learn how to keep score : Balanced Scorecard gets all employees focusing on
vision, http://www.ianalliot.com. Mavrinac, Sarah, dan Michael, Vitale, (1999).
The Balanced Scorecard, http://www.research.com. Mulyadi, dan Johny, Setyawan,
(1999). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen : Sistem Pelipatganda
Kinerja Perusahaan, Edisi satu, Yogyakarta:Aditya Media.
terimakasih lillah
BalasHapus