Senin, 09 Mei 2016

BALANCE SCORED

NAMA : DWI LILLAH DHAMAYANTI
KELAS : 4EA28
NPM : 12212290
 

Implementasi Balanced Scorecard

Organisasi sangat membutuhkan untuk menerapkan Balanced Sorecard sebagai satu set ukuran kinerja yang multi dimensi. Hal ini mencerminkan kebutuhan untuk mengukur semua bidang kinerja yang penting bagi keberhasilan organisasi. Pendekatan yang paling luas dikenal sebagai pengukuran kinerja. Balanced Scorecard sekarang banyak digunakan sebagai untuk pengembangan strategi dan sebagai alat eksekusi yang dikembangkan dalam lingkungan operasional. Balanced Scorecard menerjemahkan visi dan misi serta strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran kinerja yang dimengerti (indikator), sehingga strategi dapat dipahami, dikomunikasikan dan diukur, dengan demikian, berfungsi untuk semua kegiatan. Selain itu, indikator memungkinkan pemantauan tingkat akurasi pelaksanaan strategi (Kaplan & Norton, 1996). Balanced Scorecad telah banyak diterapkan sebagai alat ukur kinerja baik dalam bisnis manufaktur dan jasa. Penerapannya adalah dengan  berfokus pada empat perspektif Balanced Scorecard. Pembahasan mengenai  pengukuran kinerjadengan menggunakan Balanced Scorecard lebih sering dilakukan dalam konteks penerapannya pada perusahaan atau organisasi yang bertujuan mencari laba (profit-seeking organisations). Jarang sekali ada pembahasan mengenai penerapan Balanced Scorecard pada organisasi nirlaba (not-for-profit organisations) atau organisasi dengan karakteristik khusus seperti koperasi, yang ditandai relational contracting, yakni saat owner dan consumer adalah orang yang sama, serta di mana mutual benefit anggota menjadi  prioritasnya yang utama (Merchant, 1998). Pada organisasi-organisasi semacam ini, keberhasilan haruslah lebih didasarkan pada kesuksesan pencapaian misi secara luas daripada sekedar perolehan keuntungan. Pengukuran aspek keuangan ternyata tidak mampu menangkap aktivitas-aktivitas yang menciptakan nilai (value-creating activities) dari aktiva-aktiva tidak  berwujud seperti : 1)

Adanya dukungan politis, peraturan perundang-undangan, dan dari masyarakat (Kaplan dan Norton, 2000) Dengan Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur  bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced Scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam  pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur, demi perbaikan kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama dapat dinilai pula apa yang telah dibina dalam
intangible assets
seperti merk dan loyalitas pelanggan.
 
11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A.

Kesimpulan
Pengembangan BSC kedalam setiap bentuk organisasi baik profit dan nonprofit memang memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada implementasi misi dan perspektif prioritas yang diinginkan seperti perspektif finansial digantikan oleh  perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC adalah metoda yang cukup fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya sekedar mengukur aspek finansial semata namun ingin mengetahui parameter pendukung kesuksesan finansial organisasi dimasa datang, sehingga sustainabilitas organisasi dapat lebih terjamin. Untuk menerjemahkan prinsip BSC kedalam indikator pengelolaan sumber daya alam lingkungan perlu dilakukan secara hati-hati agar benar-benar mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis organisasi tersebut. Hal ini terkait dengan jaringan infrastruktur informasi yang ada dan kuat tidaknya budaya yang melekat dalam organisasi tersebut. Secara umum, penentuan indikator penerapan BSC dalam  pengelolaan sumber daya alam akan tergantung pada : 1)

Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi masyarakat dan jalinan kuat antar misi tersebut berbentuk visi dan nilai bersama (sustainable development dan cita-cita bersama) 2)

Perlu dilakukan berjenjang dan bertahap untuk mewujudkannya agar efektif 3)

Motivasi mewujudkan visi bersama dan tujuan bersama agar sinergi dan optimalisasi misi masing-masing dapat tercapai dengan cara insentif dari  pihak regulator atau dorongan faktor eksternal untuk mewujudkan visi tersebut.
B.

Saran
Saran akhir yang dapat disampaikan adalah pengembangan BSC sendiri perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi organisasi perusahaan ini dilakukan agar  penerapan BSC dapat berjalan dengan lancar agar dapat menghasilkan keuntungan  perusahaan tidak hanya untuk jangka pendek tapi juga untuk jangka panjang.
 
12
Daftar Pustaka
Kaplan, S. Robert, dan David, P. Norton, (1996). The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action, Edisi satu, Boston, United States of America: Harvard Business School Press. Kaplan, S. Robert dan David, P. Norton, (Januari-Pebruari 1992), The Balanced Scorecard: Measures that Drive Performance, Harvard Business Review, Boston,United States of America: Harvard Business School Press. Mattson, Beth, (1999). Executives learn how to keep score : Balanced Scorecard gets all employees focusing on vision, http://www.ianalliot.com. Mavrinac, Sarah, dan Michael, Vitale, (1999). The Balanced Scorecard, http://www.research.com. Mulyadi, dan Johny, Setyawan, (1999). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen : Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Edisi satu, Yogyakarta:Aditya Media.
 
10
6)

Adanya dukungan politis, peraturan perundang-undangan, dan dari masyarakat (Kaplan dan Norton, 2000) Dengan Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur  bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced Scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam  pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur, demi perbaikan kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama dapat dinilai pula apa yang telah dibina dalam
intangible assets
seperti merk dan loyalitas pelanggan.
 
11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A.

Kesimpulan
Pengembangan BSC kedalam setiap bentuk organisasi baik profit dan nonprofit memang memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada implementasi misi dan perspektif prioritas yang diinginkan seperti perspektif finansial digantikan oleh  perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC adalah metoda yang cukup fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya sekedar mengukur aspek finansial semata namun ingin mengetahui parameter pendukung kesuksesan finansial organisasi dimasa datang, sehingga sustainabilitas organisasi dapat lebih terjamin. Untuk menerjemahkan prinsip BSC kedalam indikator pengelolaan sumber daya alam lingkungan perlu dilakukan secara hati-hati agar benar-benar mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis organisasi tersebut. Hal ini terkait dengan jaringan infrastruktur informasi yang ada dan kuat tidaknya budaya yang melekat dalam organisasi tersebut. Secara umum, penentuan indikator penerapan BSC dalam  pengelolaan sumber daya alam akan tergantung pada : 1)

Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi masyarakat dan jalinan kuat antar misi tersebut berbentuk visi dan nilai bersama (sustainable development dan cita-cita bersama) 2)

Perlu dilakukan berjenjang dan bertahap untuk mewujudkannya agar efektif 3)

Motivasi mewujudkan visi bersama dan tujuan bersama agar sinergi dan optimalisasi misi masing-masing dapat tercapai dengan cara insentif dari  pihak regulator atau dorongan faktor eksternal untuk mewujudkan visi tersebut.
B.

Saran
Saran akhir yang dapat disampaikan adalah pengembangan BSC sendiri perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi organisasi perusahaan ini dilakukan agar  penerapan BSC dapat berjalan dengan lancar agar dapat menghasilkan keuntungan  perusahaan tidak hanya untuk jangka pendek tapi juga untuk jangka panjang.
 
12
Daftar Pustaka
Kaplan, S. Robert, dan David, P. Norton, (1996). The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action, Edisi satu, Boston, United States of America: Harvard Business School Press. Kaplan, S. Robert dan David, P. Norton, (Januari-Pebruari 1992), The Balanced Scorecard: Measures that Drive Performance, Harvard Business Review, Boston,United States of America: Harvard Business School Press. Mattson, Beth, (1999). Executives learn how to keep score : Balanced Scorecard gets all employees focusing on vision, http://www.ianalliot.com. Mavrinac, Sarah, dan Michael, Vitale, (1999). The Balanced Scorecard, http://www.research.com. Mulyadi, dan Johny, Setyawan, (1999). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen : Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Edisi satu, Yogyakarta:Aditya Media.
 
10
6)

Adanya dukungan politis, peraturan perundang-undangan, dan dari masyarakat (Kaplan dan Norton, 2000) Dengan Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur  bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced Scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam  pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur, demi perbaikan kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama dapat dinilai pula apa yang telah dibina dalam
intangible assets
seperti merk dan loyalitas pelanggan.
 
11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A.

Kesimpulan
Pengembangan BSC kedalam setiap bentuk organisasi baik profit dan nonprofit memang memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada implementasi misi dan perspektif prioritas yang diinginkan seperti perspektif finansial digantikan oleh  perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC adalah metoda yang cukup fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya sekedar mengukur aspek finansial semata namun ingin mengetahui parameter pendukung kesuksesan finansial organisasi dimasa datang, sehingga sustainabilitas organisasi dapat lebih terjamin. Untuk menerjemahkan prinsip BSC kedalam indikator pengelolaan sumber daya alam lingkungan perlu dilakukan secara hati-hati agar benar-benar mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis organisasi tersebut. Hal ini terkait dengan jaringan infrastruktur informasi yang ada dan kuat tidaknya budaya yang melekat dalam organisasi tersebut. Secara umum, penentuan indikator penerapan BSC dalam  pengelolaan sumber daya alam akan tergantung pada : 1)

Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi masyarakat dan jalinan kuat antar misi tersebut berbentuk visi dan nilai bersama (sustainable development dan cita-cita bersama) 2)

Perlu dilakukan berjenjang dan bertahap untuk mewujudkannya agar efektif 3)

Motivasi mewujudkan visi bersama dan tujuan bersama agar sinergi dan optimalisasi misi masing-masing dapat tercapai dengan cara insentif dari  pihak regulator atau dorongan faktor eksternal untuk mewujudkan visi tersebut.
B.

Saran
Saran akhir yang dapat disampaikan adalah pengembangan BSC sendiri perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi organisasi perusahaan ini dilakukan agar  penerapan BSC dapat berjalan dengan lancar agar dapat menghasilkan keuntungan  perusahaan tidak hanya untuk jangka pendek tapi juga untuk jangka panjang.
 
12
Daftar Pustaka
Kaplan, S. Robert, dan David, P. Norton, (1996). The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action, Edisi satu, Boston, United States of America: Harvard Business School Press. Kaplan, S. Robert dan David, P. Norton, (Januari-Pebruari 1992), The Balanced Scorecard: Measures that Drive Performance, Harvard Business Review, Boston,United States of America: Harvard Business School Press. Mattson, Beth, (1999). Executives learn how to keep score : Balanced Scorecard gets all employees focusing on vision, http://www.ianalliot.com. Mavrinac, Sarah, dan Michael, Vitale, (1999). The Balanced Scorecard, http://www.research.com. Mulyadi, dan Johny, Setyawan, (1999). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen : Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Edisi satu, Yogyakarta:Aditya Media.
 
10
6)

Adanya dukungan politis, peraturan perundang-undangan, dan dari masyarakat (Kaplan dan Norton, 2000) Dengan Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur  bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced Scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam  pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur, demi perbaikan kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama dapat dinilai pula apa yang telah dibina dalam
intangible assets
seperti merk dan loyalitas pelanggan.
 
11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A.

Kesimpulan
Pengembangan BSC kedalam setiap bentuk organisasi baik profit dan nonprofit memang memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada implementasi misi dan perspektif prioritas yang diinginkan seperti perspektif finansial digantikan oleh  perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC adalah metoda yang cukup fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya sekedar mengukur aspek finansial semata namun ingin mengetahui parameter pendukung kesuksesan finansial organisasi dimasa datang, sehingga sustainabilitas organisasi dapat lebih terjamin. Untuk menerjemahkan prinsip BSC kedalam indikator pengelolaan sumber daya alam lingkungan perlu dilakukan secara hati-hati agar benar-benar mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis organisasi tersebut. Hal ini terkait dengan jaringan infrastruktur informasi yang ada dan kuat tidaknya budaya yang melekat dalam organisasi tersebut. Secara umum, penentuan indikator penerapan BSC dalam  pengelolaan sumber daya alam akan tergantung pada : 1)

Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi masyarakat dan jalinan kuat antar misi tersebut berbentuk visi dan nilai bersama (sustainable development dan cita-cita bersama) 2)

Perlu dilakukan berjenjang dan bertahap untuk mewujudkannya agar efektif 3)

Motivasi mewujudkan visi bersama dan tujuan bersama agar sinergi dan optimalisasi misi masing-masing dapat tercapai dengan cara insentif dari  pihak regulator atau dorongan faktor eksternal untuk mewujudkan visi tersebut.
B.

Saran
Saran akhir yang dapat disampaikan adalah pengembangan BSC sendiri perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi organisasi perusahaan ini dilakukan agar  penerapan BSC dapat berjalan dengan lancar agar dapat menghasilkan keuntungan  perusahaan tidak hanya untuk jangka pendek tapi juga untuk jangka panjang.
 
12
Daftar Pustaka
Kaplan, S. Robert, dan David, P. Norton, (1996). The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action, Edisi satu, Boston, United States of America: Harvard Business School Press. Kaplan, S. Robert dan David, P. Norton, (Januari-Pebruari 1992), The Balanced Scorecard: Measures that Drive Performance, Harvard Business Review, Boston,United States of America: Harvard Business School Press. Mattson, Beth, (1999). Executives learn how to keep score : Balanced Scorecard gets all employees focusing on vision, http://www.ianalliot.com. Mavrinac, Sarah, dan Michael, Vitale, (1999). The Balanced Scorecard, http://www.research.com. Mulyadi, dan Johny, Setyawan, (1999). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen : Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Edisi satu, Yogyakarta:Aditya Media.
 
9
I.

Implementasi Balanced Scorecard

Organisasi sangat membutuhkan untuk menerapkan Balanced Sorecard sebagai satu set ukuran kinerja yang multi dimensi. Hal ini mencerminkan kebutuhan untuk mengukur semua bidang kinerja yang penting bagi keberhasilan organisasi. Pendekatan yang paling luas dikenal sebagai pengukuran kinerja. Balanced Scorecard sekarang banyak digunakan sebagai untuk pengembangan strategi dan sebagai alat eksekusi yang dikembangkan dalam lingkungan operasional. Balanced Scorecard menerjemahkan visi dan misi serta strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran kinerja yang dimengerti (indikator), sehingga strategi dapat dipahami, dikomunikasikan dan diukur, dengan demikian, berfungsi untuk semua kegiatan. Selain itu, indikator memungkinkan pemantauan tingkat akurasi pelaksanaan strategi (Kaplan & Norton, 1996). Balanced Scorecad telah banyak diterapkan sebagai alat ukur kinerja baik dalam bisnis manufaktur dan jasa. Penerapannya adalah dengan  berfokus pada empat perspektif Balanced Scorecard. Pembahasan mengenai  pengukuran kinerjadengan menggunakan Balanced Scorecard lebih sering dilakukan dalam konteks penerapannya pada perusahaan atau organisasi yang bertujuan mencari laba (profit-seeking organisations). Jarang sekali ada pembahasan mengenai penerapan Balanced Scorecard pada organisasi nirlaba (not-for-profit organisations) atau organisasi dengan karakteristik khusus seperti koperasi, yang ditandai relational contracting, yakni saat owner dan consumer adalah orang yang sama, serta di mana mutual benefit anggota menjadi  prioritasnya yang utama (Merchant, 1998). Pada organisasi-organisasi semacam ini, keberhasilan haruslah lebih didasarkan pada kesuksesan pencapaian misi secara luas daripada sekedar perolehan keuntungan. Pengukuran aspek keuangan ternyata tidak mampu menangkap aktivitas-aktivitas yang menciptakan nilai (value-creating activities) dari aktiva-aktiva tidak  berwujud seperti : 1)

Keterampilan, kompetensi, dan motivasi para pegawai 2)

Database dan teknologi informasi 3)

Proses operasi yang efisien dan responsif 4)

Inovasi dalam produk dan jasa 5)

Hubungan dan kesetiaan pelanggan
 
10
6)

Adanya dukungan politis, peraturan perundang-undangan, dan dari masyarakat (Kaplan dan Norton, 2000) Dengan Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur  bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced Scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam  pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur, demi perbaikan kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama dapat dinilai pula apa yang telah dibina dalam
intangible assets
seperti merk dan loyalitas pelanggan.
 
11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A.

Kesimpulan
Pengembangan BSC kedalam setiap bentuk organisasi baik profit dan nonprofit memang memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada implementasi misi dan perspektif prioritas yang diinginkan seperti perspektif finansial digantikan oleh  perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC adalah metoda yang cukup fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya sekedar mengukur aspek finansial semata namun ingin mengetahui parameter pendukung kesuksesan finansial organisasi dimasa datang, sehingga sustainabilitas organisasi dapat lebih terjamin. Untuk menerjemahkan prinsip BSC kedalam indikator pengelolaan sumber daya alam lingkungan perlu dilakukan secara hati-hati agar benar-benar mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis organisasi tersebut. Hal ini terkait dengan jaringan infrastruktur informasi yang ada dan kuat tidaknya budaya yang melekat dalam organisasi tersebut. Secara umum, penentuan indikator penerapan BSC dalam  pengelolaan sumber daya alam akan tergantung pada : 1)

Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi masyarakat dan jalinan kuat antar misi tersebut berbentuk visi dan nilai bersama (sustainable development dan cita-cita bersama) 2)

Perlu dilakukan berjenjang dan bertahap untuk mewujudkannya agar efektif 3)

Motivasi mewujudkan visi bersama dan tujuan bersama agar sinergi dan optimalisasi misi masing-masing dapat tercapai dengan cara insentif dari  pihak regulator atau dorongan faktor eksternal untuk mewujudkan visi tersebut.
B.

Saran
Saran akhir yang dapat disampaikan adalah pengembangan BSC sendiri perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi organisasi perusahaan ini dilakukan agar  penerapan BSC dapat berjalan dengan lancar agar dapat menghasilkan keuntungan  perusahaan tidak hanya untuk jangka pendek tapi juga untuk jangka panjang.
 
12
Daftar Pustaka
Kaplan, S. Robert, dan David, P. Norton, (1996). The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action, Edisi satu, Boston, United States of America: Harvard Business School Press. Kaplan, S. Robert dan David, P. Norton, (Januari-Pebruari 1992), The Balanced Scorecard: Measures that Drive Performance, Harvard Business Review, Boston,United States of America: Harvard Business School Press. Mattson, Beth, (1999). Executives learn how to keep score : Balanced Scorecard gets all employees focusing on vision, http://www.ianalliot.com. Mavrinac, Sarah, dan Michael, Vitale, (1999). The Balanced Scorecard, http://www.research.com. Mulyadi, dan Johny, Setyawan, (1999). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen : Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Edisi satu, Yogyakarta:Aditya Media.
 
10
6)

Adanya dukungan politis, peraturan perundang-undangan, dan dari masyarakat (Kaplan dan Norton, 2000) Dengan Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur  bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced Scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam  pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur, demi perbaikan kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama dapat dinilai pula apa yang telah dibina dalam
intangible assets
seperti merk dan loyalitas pelanggan.
 
11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A.

Kesimpulan
Pengembangan BSC kedalam setiap bentuk organisasi baik profit dan nonprofit memang memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada implementasi misi dan perspektif prioritas yang diinginkan seperti perspektif finansial digantikan oleh  perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC adalah metoda yang cukup fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya sekedar mengukur aspek finansial semata namun ingin mengetahui parameter pendukung kesuksesan finansial organisasi dimasa datang, sehingga sustainabilitas organisasi dapat lebih terjamin. Untuk menerjemahkan prinsip BSC kedalam indikator pengelolaan sumber daya alam lingkungan perlu dilakukan secara hati-hati agar benar-benar mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis organisasi tersebut. Hal ini terkait dengan jaringan infrastruktur informasi yang ada dan kuat tidaknya budaya yang melekat dalam organisasi tersebut. Secara umum, penentuan indikator penerapan BSC dalam  pengelolaan sumber daya alam akan tergantung pada : 1)

Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi masyarakat dan jalinan kuat antar misi tersebut berbentuk visi dan nilai bersama (sustainable development dan cita-cita bersama) 2)

Perlu dilakukan berjenjang dan bertahap untuk mewujudkannya agar efektif 3)

Motivasi mewujudkan visi bersama dan tujuan bersama agar sinergi dan optimalisasi misi masing-masing dapat tercapai dengan cara insentif dari  pihak regulator atau dorongan faktor eksternal untuk mewujudkan visi tersebut.
B.

Saran
Saran akhir yang dapat disampaikan adalah pengembangan BSC sendiri perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi organisasi perusahaan ini dilakukan agar  penerapan BSC dapat berjalan dengan lancar agar dapat menghasilkan keuntungan  perusahaan tidak hanya untuk jangka pendek tapi juga untuk jangka panjang.
 
12
Daftar Pustaka
Kaplan, S. Robert, dan David, P. Norton, (1996). The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action, Edisi satu, Boston, United States of America: Harvard Business School Press. Kaplan, S. Robert dan David, P. Norton, (Januari-Pebruari 1992), The Balanced Scorecard: Measures that Drive Performance, Harvard Business Review, Boston,United States of America: Harvard Business School Press. Mattson, Beth, (1999). Executives learn how to keep score : Balanced Scorecard gets all employees focusing on vision, http://www.ianalliot.com. Mavrinac, Sarah, dan Michael, Vitale, (1999). The Balanced Scorecard, http://www.research.com. Mulyadi, dan Johny, Setyawan, (1999). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen : Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Edisi satu, Yogyakarta:Aditya Media.
 
10
6)

Adanya dukungan politis, peraturan perundang-undangan, dan dari masyarakat (Kaplan dan Norton, 2000) Dengan Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur  bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced Scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam  pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur, demi perbaikan kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama dapat dinilai pula apa yang telah dibina dalam
intangible assets
seperti merk dan loyalitas pelanggan.
 
11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A.

Kesimpulan
Pengembangan BSC kedalam setiap bentuk organisasi baik profit dan nonprofit memang memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada implementasi misi dan perspektif prioritas yang diinginkan seperti perspektif finansial digantikan oleh  perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC adalah metoda yang cukup fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya sekedar mengukur aspek finansial semata namun ingin mengetahui parameter pendukung kesuksesan finansial organisasi dimasa datang, sehingga sustainabilitas organisasi dapat lebih terjamin. Untuk menerjemahkan prinsip BSC kedalam indikator pengelolaan sumber daya alam lingkungan perlu dilakukan secara hati-hati agar benar-benar mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis organisasi tersebut. Hal ini terkait dengan jaringan infrastruktur informasi yang ada dan kuat tidaknya budaya yang melekat dalam organisasi tersebut. Secara umum, penentuan indikator penerapan BSC dalam  pengelolaan sumber daya alam akan tergantung pada : 1)

Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi masyarakat dan jalinan kuat antar misi tersebut berbentuk visi dan nilai bersama (sustainable development dan cita-cita bersama) 2)

Perlu dilakukan berjenjang dan bertahap untuk mewujudkannya agar efektif 3)

Motivasi mewujudkan visi bersama dan tujuan bersama agar sinergi dan optimalisasi misi masing-masing dapat tercapai dengan cara insentif dari  pihak regulator atau dorongan faktor eksternal untuk mewujudkan visi tersebut.
B.

Saran
Saran akhir yang dapat disampaikan adalah pengembangan BSC sendiri perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi organisasi perusahaan ini dilakukan agar  penerapan BSC dapat berjalan dengan lancar agar dapat menghasilkan keuntungan  perusahaan tidak hanya untuk jangka pendek tapi juga untuk jangka panjang.
 
12
Daftar Pustaka
Kaplan, S. Robert, dan David, P. Norton, (1996). The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action, Edisi satu, Boston, United States of America: Harvard Business School Press. Kaplan, S. Robert dan David, P. Norton, (Januari-Pebruari 1992), The Balanced Scorecard: Measures that Drive Performance, Harvard Business Review, Boston,United States of America: Harvard Business School Press. Mattson, Beth, (1999). Executives learn how to keep score : Balanced Scorecard gets all employees focusing on vision, http://www.ianalliot.com. Mavrinac, Sarah, dan Michael, Vitale, (1999). The Balanced Scorecard, http://www.research.com. Mulyadi, dan Johny, Setyawan, (1999). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen : Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Edisi satu, Yogyakarta:Aditya Media.
 
10
6)

Adanya dukungan politis, peraturan perundang-undangan, dan dari masyarakat (Kaplan dan Norton, 2000) Dengan Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur  bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced Scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam  pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur, demi perbaikan kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama dapat dinilai pula apa yang telah dibina dalam
intangible assets
seperti merk dan loyalitas pelanggan.
 
11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A.

Kesimpulan
Pengembangan BSC kedalam setiap bentuk organisasi baik profit dan nonprofit memang memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada implementasi misi dan perspektif prioritas yang diinginkan seperti perspektif finansial digantikan oleh  perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC adalah metoda yang cukup fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya sekedar mengukur aspek finansial semata namun ingin mengetahui parameter pendukung kesuksesan finansial organisasi dimasa datang, sehingga sustainabilitas organisasi dapat lebih terjamin. Untuk menerjemahkan prinsip BSC kedalam indikator pengelolaan sumber daya alam lingkungan perlu dilakukan secara hati-hati agar benar-benar mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis organisasi tersebut. Hal ini terkait dengan jaringan infrastruktur informasi yang ada dan kuat tidaknya budaya yang melekat dalam organisasi tersebut. Secara umum, penentuan indikator penerapan BSC dalam  pengelolaan sumber daya alam akan tergantung pada : 1)

Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi masyarakat dan jalinan kuat antar misi tersebut berbentuk visi dan nilai bersama (sustainable development dan cita-cita bersama) 2)

Perlu dilakukan berjenjang dan bertahap untuk mewujudkannya agar efektif 3)

Motivasi mewujudkan visi bersama dan tujuan bersama agar sinergi dan optimalisasi misi masing-masing dapat tercapai dengan cara insentif dari  pihak regulator atau dorongan faktor eksternal untuk mewujudkan visi tersebut.
B.

Saran
Saran akhir yang dapat disampaikan adalah pengembangan BSC sendiri perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi organisasi perusahaan ini dilakukan agar  penerapan BSC dapat berjalan dengan lancar agar dapat menghasilkan keuntungan  perusahaan tidak hanya untuk jangka pendek tapi juga untuk jangka panjang.
 
12
Daftar Pustaka
Kaplan, S. Robert, dan David, P. Norton, (1996). The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action, Edisi satu, Boston, United States of America: Harvard Business School Press. Kaplan, S. Robert dan David, P. Norton, (Januari-Pebruari 1992), The Balanced Scorecard: Measures that Drive Performance, Harvard Business Review, Boston,United States of America: Harvard Business School Press. Mattson, Beth, (1999). Executives learn how to keep score : Balanced Scorecard gets all employees focusing on vision, http://www.ianalliot.com. Mavrinac, Sarah, dan Michael, Vitale, (1999). The Balanced Scorecard, http://www.research.com. Mulyadi, dan Johny, Setyawan, (1999). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen : Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Edisi satu, Yogyakarta:Aditya Media.
 
10
6)

Adanya dukungan politis, peraturan perundang-undangan, dan dari masyarakat (Kaplan dan Norton, 2000) Dengan Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur  bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced Scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam  pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur, demi perbaikan kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama dapat dinilai pula apa yang telah dibina dalam
intangible assets
seperti merk dan loyalitas pelanggan.
 
11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A.

Kesimpulan
Pengembangan BSC kedalam setiap bentuk organisasi baik profit dan nonprofit memang memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada implementasi misi dan perspektif prioritas yang diinginkan seperti perspektif finansial digantikan oleh  perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC adalah metoda yang cukup fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya sekedar mengukur aspek finansial semata namun ingin mengetahui parameter pendukung kesuksesan finansial organisasi dimasa datang, sehingga sustainabilitas organisasi dapat lebih terjamin. Untuk menerjemahkan prinsip BSC kedalam indikator pengelolaan sumber daya alam lingkungan perlu dilakukan secara hati-hati agar benar-benar mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis organisasi tersebut. Hal ini terkait dengan jaringan infrastruktur informasi yang ada dan kuat tidaknya budaya yang melekat dalam organisasi tersebut. Secara umum, penentuan indikator penerapan BSC dalam  pengelolaan sumber daya alam akan tergantung pada : 1)

Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi masyarakat dan jalinan kuat antar misi tersebut berbentuk visi dan nilai bersama (sustainable development dan cita-cita bersama) 2)

Perlu dilakukan berjenjang dan bertahap untuk mewujudkannya agar efektif 3)

Motivasi mewujudkan visi bersama dan tujuan bersama agar sinergi dan optimalisasi misi masing-masing dapat tercapai dengan cara insentif dari  pihak regulator atau dorongan faktor eksternal untuk mewujudkan visi tersebut.
B.

Saran
Saran akhir yang dapat disampaikan adalah pengembangan BSC sendiri perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi organisasi perusahaan ini dilakukan agar  penerapan BSC dapat berjalan dengan lancar agar dapat menghasilkan keuntungan  perusahaan tidak hanya untuk jangka pendek tapi juga untuk jangka panjang.
 
12
Daftar Pustaka
Kaplan, S. Robert, dan David, P. Norton, (1996). The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action, Edisi satu, Boston, United States of America: Harvard Business School Press. Kaplan, S. Robert dan David, P. Norton, (Januari-Pebruari 1992), The Balanced Scorecard: Measures that Drive Performance, Harvard Business Review, Boston,United States of America: Harvard Business School Press. Mattson, Beth, (1999). Executives learn how to keep score : Balanced Scorecard gets all employees focusing on vision, http://www.ianalliot.com. Mavrinac, Sarah, dan Michael, Vitale, (1999). The Balanced Scorecard, http://www.research.com. Mulyadi, dan Johny, Setyawan, (1999). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen : Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Edisi satu, Yogyakarta:Aditya Media.
 
10
6)

Adanya dukungan politis, peraturan perundang-undangan, dan dari masyarakat (Kaplan dan Norton, 2000) Dengan Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur  bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced Scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam  pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur, demi perbaikan kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama dapat dinilai pula apa yang telah dibina dalam
intangible assets
seperti merk dan loyalitas pelanggan.
 
11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A.

Kesimpulan
Pengembangan BSC kedalam setiap bentuk organisasi baik profit dan nonprofit memang memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada implementasi misi dan perspektif prioritas yang diinginkan seperti perspektif finansial digantikan oleh  perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC adalah metoda yang cukup fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya sekedar mengukur aspek finansial semata namun ingin mengetahui parameter pendukung kesuksesan finansial organisasi dimasa datang, sehingga sustainabilitas organisasi dapat lebih terjamin. Untuk menerjemahkan prinsip BSC kedalam indikator pengelolaan sumber daya alam lingkungan perlu dilakukan secara hati-hati agar benar-benar mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis organisasi tersebut. Hal ini terkait dengan jaringan infrastruktur informasi yang ada dan kuat tidaknya budaya yang melekat dalam organisasi tersebut. Secara umum, penentuan indikator penerapan BSC dalam  pengelolaan sumber daya alam akan tergantung pada : 1)

Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi masyarakat dan jalinan kuat antar misi tersebut berbentuk visi dan nilai bersama (sustainable development dan cita-cita bersama) 2)

Perlu dilakukan berjenjang dan bertahap untuk mewujudkannya agar efektif 3)

Motivasi mewujudkan visi bersama dan tujuan bersama agar sinergi dan optimalisasi misi masing-masing dapat tercapai dengan cara insentif dari  pihak regulator atau dorongan faktor eksternal untuk mewujudkan visi tersebut.
B.

Saran
Saran akhir yang dapat disampaikan adalah pengembangan BSC sendiri perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi organisasi perusahaan ini dilakukan agar  penerapan BSC dapat berjalan dengan lancar agar dapat menghasilkan keuntungan  perusahaan tidak hanya untuk jangka pendek tapi juga untuk jangka panjang.
 
12
Daftar Pustaka
Kaplan, S. Robert, dan David, P. Norton, (1996). The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action, Edisi satu, Boston, United States of America: Harvard Business School Press. Kaplan, S. Robert dan David, P. Norton, (Januari-Pebruari 1992), The Balanced Scorecard: Measures that Drive Performance, Harvard Business Review, Boston,United States of America: Harvard Business School Press. Mattson, Beth, (1999). Executives learn how to keep score : Balanced Scorecard gets all employees focusing on vision, http://www.ianalliot.com. Mavrinac, Sarah, dan Michael, Vitale, (1999). The Balanced Scorecard, http://www.research.com. Mulyadi, dan Johny, Setyawan, (1999). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen : Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Edisi satu, Yogyakarta:Aditya Media.

1 komentar: