Senin, 25 Mei 2015

PERBEDAAN KARYA ILMIAH, SEMI ILMIAH DAN NON ILMIAH (FIKSI)


Nama : Dwi Lillah Dhamayanti
NPM : 12212290
Kls : 3EA28


Perbedaan Karya Ilmiah, Semi Ilmiah, dan Non Ilmiah (Fiksi)
Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Dalam artikel ini akan dibahas tentang 3 jenis karangan, yaitu: karangan ilmiah, karangan non ilmiah, dan karangan semi ilmiah. Berikut ini penjelasannya.
I. Karangan ilmiah
Karangan ilmiah adalah biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Tujuan karya ilmiah: agar gagasan penulis karya ilmiah itu dapat dipelajari, lalu didukung atau ditolak oleh pembaca.
Fungsi karya ilmiah: sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
1. Penjelasan (explanation)
2. Ramalan (prediction)
3. Kontrol (control)
Hakikat karya ilmiah: mengemukakan kebenaran melalui metodenya yang sistematis, metodologis, dan konsisten.
Syarat menulis karya ilmiah :
1. motivasi dan displin yang tinggi
2. kemampuan mengolah data
3. kemampuan berfikir logis (urut) dan terpadu (sistematis)
4. kemampuan berbahasa
Sifat karya ilmiah formal harus memenuhi syarat:
1. Lugas dan tidak emosional
Mempunyai satu arti, sehingga tidak ada tafsiran sendiri-sendiri (interprestasi yang lain).
2. Logis
Disusun berdasarkan urutan yang konsisten
3. Efektif
Satu kebulatan pikiran, ada penekanan dan pengembagan.
4. Efisien
Hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami
5. Ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku.
Jenis-jenis karya ilmiah
karya ilmiah di perguruan tinggi, menurut Arifin (2003), dibedakan menjadi:
1. Makalah, adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. makalah menyajikan masalah dengan melalui proses berpikir deduktif atau induktif.
2. Kertas kerja, seperti halnya makalah, adalah juga karya tulis ilmiah yang menyajikan sesuatu berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Analisis dalam kertas kerja lebih mendalam daripada analisis dalam makalah.
3. Skripsi, adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik bedasarkan penelitian langsung (obsevasi lapangan, atau percobaan di laboratorium), juga diperlukan sumbangan material berupa temuan baru dalam segi tata kerja, dalil-dalil, atau hukum tertentu tentang salah satu aspek atau lebih di bidang spesialisasinya.
4. Tesis, adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri.
5. Disertasi, adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih (valid) dengan analisis yang terinci). Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal. Jika temuan orisinal ini dapat dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan penguji, penulisnya berhak menyandang gelar doktor (S3).
Manfaat Penyusunan karya ilmiah
Menurut sikumbang (1981), sekurang-kurangnya ada enam manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut :
1. Penulis dapat terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena sebelum menulis karya ilmiah, ia mesti membaca dahulu kepustakaan yang ada relevansinya dengan topik yang hendak dibahas.
2. Penulis dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil sarinya, dan mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang lebih matang.
3. Penulis dapat berkenalan dengan kegiatan perpustakaan seperti mencari bahan bacaan dalam katalog pengarang atau katalog judul buku.
4. Penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasi dan menyajikan data dan fakta secara jelas dan sistematis.
5. Penulis dapat memperoleh kepuasan intelektual.
6. Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.
sumber : http://www.fali.unsri.ac.id/index.php/menu/42
II. Karangan Semi Ilmiah
Adalah sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannyapun dengan bahasa konkret, gaya bahasa formal, dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam suatu tulisan dan penulisannya tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering di masukkan karangan non-ilmiah. Maksud dari karangan non-ilmiah tersebut ialah karena jenis Semi Ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen.
Karakteristiknya berada diantara ilmiah. Ciri-ciri karangan Semi Ilmiah antara lain
1. Ditulis berdasarkan fakta pribadi
2. Fakta yang disimpulkan subyektif
3. Gaya bahasa formal dan popular
4. Mementingkan diri penulis
5. Melebihkan-lebihkan sesuatu
6. Usulan-usulan bersifat argumentatif, dan
7. Bersifat persuasif.
III. Karangan Non Ilmiah (Fiksi)
Adalah satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dsb.
Ciri-ciri karangan Non Ilmiah :
1. Ditulis berdasarkan fakta pribad
2. Fakta yang disimpulkan subyektif
3. Gaya bahasa konotatif dan popular
4. Tidak memuat hipotesis
5. Penyajian dibarengi dengan sejarah
6. Bersifat imajinatif
7. Situasi didramatisir, dan
8. Bersifat persuasif


PROPOSAL

Nama : Dwi Lillah Dhamayanti
NPM : 12212290
Kelas : 3EA28



Pengertian Proposal
I. Definisi Proposal
Proposal adalah rencana kerja yang disusun secara sistematis dan terinci untuk suatu kegiatan yang bersifat formal. Proposal adalah suatu usulan kegiatan perlu dukungan atau persetujuan pihak lain. Proposal adalah suatu bentuk rancangan kegiatan yang dibuat dalam bentuk formal dan standar. Untuk memudahkan pengertian proposal yang dimaksud dalam tulisan ini, kita dapat membandingkannya dengan istilah “Proposal Penelitian” dalam dunia ilmiah (pendidikan) yang disusun oleh seorang peneliti atau mahasiswa yang akan membuat penelitian (skripsi, tesis, disertasi). Dalam dunia ilmiah, proposal adalah suatu rancangan desain penelitian (usulan penelitian) yang akan dilakukan oleh seorang peneliti tentang suatu bahan penelitian. Bentuk “Proposal Penelitian” ini, biasanya memiliki suatu bentuk, dengan berbagai standar tertentu seperti penggunaan bahasa, tanda baca, kutipan dll.
Proposal yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah “Proposal Umum” yang sering
digunakan sebagai usulan atau rancangan kegiatan. Bentuk proposal ini memiliki banyak kemiripan dengan model “Proposal Penelitian” yang digunakan dalam dunia ilmiah, namun karena sifatnya yang lebih umum maka “Proposal Umum” biasanya lebih lentur dalam penggunaan bahasa dan tidak terlalu kaku dalam aturan penulisan. Namun, walaupun lebih “bebas”, penulisan “Proposal Umum” tetap harus mengindahkan kaidah¬kaidah dan sistematika tertentu, agar dapat dengan mudah dimengerti oleh orang¬orang yang membaca proposal tersebut. Secara mendasar, harus di garis bawahi bahwa penulisan proposal hanya salah satu dari sekian banyak tahap perencanaan, seperti yang telah diuraikan sebelumnya dalam buku ini. Penulisan proposal adalah suatu langkah penggabungan dari berbagai perencanaan yang telah dibuat dalam tahap¬tahap sebelumnya.
Pengertian dari proposal adalah sebuah tulisan yang dibuat oleh si penulis yang bertujuan untuk menjabarkan atau menjelasan sebuah tujuan kepada si pembaca (individu atau perusahaan) sehingga mereka memperoleh pemahaman mengenai tujuan tersebut lebih mendetail. Diharapkan dari proposal tersebut dapat memberikan informasi yang sedetail mungkin kepada si pembaca, sehingga akhirnya memperoleh persamaan visi, misi, dan tujuan. Ada beberapa hal yang biasanya di detailkan dalam proposal bisnis :
1. Penjabaran mendetail mengenai tujuan utama dari si penulis kepada pembacanya.
2. Penjabaran mendetail mengenai proses bagaimana mencapai tujuan si penulis kepada pembacanya.
3. Penjabaran mendetail mengenai hasil dari proses yang telah dijabarkan diatas sehingga mencapai tujuan yang diinginkan oleh si penulis dan juga si pembaca.
Hal-hal yang perlu dimuat dalam proposal antara lain :
1. nama proposal
2. pendahuluan
3. tujuan
4. bentuk/jenis kegiatan
5. pelaksanaan
6. panitia pelaksana (terlampir)
7. biaya/dana (rincian terlampir)
8. harapan
9. lampiran
Manfaat Proposal :
 Menjadi rencana yang mengarahkan panitia dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
 Menjelaskan secara tidak langsung kepada pihak-pihak yang ingin mengetahui kegiatan
tersebut.
 Untuk meyakinkan para donatur/ sponsor agar mereka memberikan dukungan material maupun finansial dalam mewujudkan kegiatan yang telah direncanakan.
II. Ciri-Ciri Proposal :
 Proposal dibuat untuk meringkas kegiatan yang akan dilakukan.
 Sebagai pemberitahuan pertama suatu kegiatan.
 Berisikan tujuan-tujuan, latar belakang acara.
 Pastinya proposal itu berupa lembaran-lembaran pemberitahuan yang telah di jilid yang nantinya diserahkan kepada si empunya acara.
 dan lain-lain yang sulit untuk dijelaskan (dicari).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat proposal :
 Penyusunan proposal hendaknya menunjuk orang atau beberapa orang yang ahli dalam menyusun proposal, sebaiknya yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan yang diselenggarakan
 Penyusun proposal mempersiapkan bahan-bahan dan informasi yang diperlukan, yaitu berupa bahan2 hasil kesepakatan seluruh panitia
 Menyusun draft proposal dengan sistematis, menarik, dan realistis
 Proposal dibicarakan dalam forum musyawarah untuk dibahas, direvisi dan disetujui.
 Dibuat proposal yang telah disempurnakan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
 Proposal diperbanyak dan didistribusikan kepada pihak-pihak yang dituju, baik internal maupun eksternal.
Jenis-Jenis Proposal
Berdasarkan bentuknya, proposal dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: proposal berbentuk formal, semiformal, dan nonformal. Proposal berbentuk formal terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: 1) bagian pendahuluan, yang terdiri atas: sampul dan halaman judul, surat pengantar (kata pengantar), ikhtisar, daftar isi, dan pengesahan permohonan; 2) isi proposal, terdiri atas: latar belakang, pembatasan masalah, tujuan, ruang lingkup, pemikiran dasar (anggapan dasar), metodologi, fasilitas, personalia (susunan panitia), keuntungan dan kerugian, waktu, dan biaya; 3) bagian pelengkap penutup, yang berisi daftar pustaka, lampiran, tabel, dan sebagainya. Proposal semiformal dan nonformal merupakan variasi atau bentuk lain dari bentuk proposal formal karena tidak memenuhi syarat-syarat tertentu atau tidak selengkap seperti proposal bentuk formal.
Isi Proposal
Jenis dari isi proposal ada dua, seperti yang diatas adalah isi proposal yang berbentuk kompleks, dan yang sederhana meliputi: nama kegiatan (judul), dasar pemikiran, tujuan diadakannya kegiatan, ruang lingkup, waktu dan tempat kegiatan, penyelenggara (panitia), anggaran biaya, dan penutup.
Tujuan membuat proposal
Dapat diartikan proposal merupakan suatu penjabaran peneltian, tujuan dari pembuatan proposal biasanya untuk mejabarkan penelitian yang sudah dilakukan, dapat dikatakan juga proposal merupakan suatu dokumentasi hasil penelitian.
Jenis – Jenis Proposal
Proposal Penelitian dibagi 4 yaitu :
1. Proposal Penelitian Pengembangan
Kegiatan yang menghasilkan rancangan atau produk yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah aktual. Dalam hal ini, kegiatan pengembangan ditekankan pada pemanfaatan teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip, atau temuan-temuan penelitian untuk memecahkan masalah. Skripsi, tesis, dan disertasi yang ditulis berdasarkan hasil kerja pengembangan menuntut format dan sistematika yang berbeda dengan skripsi, tesis, dan disertasi yang ditulis berdasarkan hasil penelitian, karena karakteristik kegiatan pengembangan dan kegiatan penelitian tersebut berbeda. Kegiatan penelitian pada dasarnya berupaya mencari jawaban terhadap suatu permasalahan, sedangkan kegiatan pengembangan berupaya menerapkan temuan atau teori untuk memecahkan suatu permasalahan.
2. Proposal Penelitian Kajian Pustaka
Telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Telaah pustaka semacam ini biasanya dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber pustaka yang kemudian disajikan dengan cara baru dan atau untuk keperluan baru. Dalam hal ini bahan-bahan pustaka itu diperlukan sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran atau gagasan baru, sebagai bahan dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang sudah ada, sehingga kerangka teori baru dapat dikembangkan, atau sebagai dasar pemecahan masalah.
3. Proposal Penelitian Kualitatif
Penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara holistik-kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Ciri-ciri penelitian kualitatif mewarnai sifat dan bentuk laporannya. Oleh karena itu, laporan penelitian kualitatif disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta menunjukkan ciri-ciri naturalistik yang penuh keotentikan.
4. Proposal Penelitian Kuantitatif
Suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan.
III. Sistematika pembuatan proposal antara lain :
1. Pendahuluan
 Berisi tentang hal-hal dan kondisi umum yang melatarbelakangi dilaksanakan kegiatan tersebut.
 Hubungan kegiatan tersebut dalam kehidupan sehari-hari(nyata).
 Point-point pembahasan pada pendahuluan ini, mengacu pada komponen S-W-O-T yang telah dibahas sebelumnya.
2. Dasar Pemikiran
 Berisi tentang dasar yang digunakan dalam pelaksanaan, misalnya: Tri Darma Perguruan Tinggi, program kerja pengurus dan lain-lain.
 Jika kegiatan tersebut bukan dari organisasi, maka didasarkan secara umum, misalnya : Peraturan Pemerintah No sekian.
3. Tujuan
 Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan tersebut ( umum dan khusus).
 Tentukan juga keluaran ( output ) yang dikehendaki seperti apa.
Contoh :
 Memperoleh kader-kader KMHDI.
 Memberi pengetahuan manajerial dan leadership bagi calon anggota KMHDI.
4. Tema
 Tema yang diangkat dalam kegiatan tersebut.
5. Jenis Kegiatan
 Diperlukan untuk menjelaskan rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan jika kegiatannya lebih dari satu.
 Menjelaskan bentuk dari kegiatan tersebut. Misal: berupa Seminar, Pelatihan, penyampain materi secara lisan, Tanya jawab dan simulasi dll.
6. Target
 Berisi uraian yang lebih terperinci dari Tujuan (Point 3) terutama mengenai ukuran-ukuran yang digunakan sebagai penilaian tercapai atau tidaknya tujuan.
Contoh :
 Target acara ini adalah untuk mencetak minimal 25 orang pelatih KMHDI yang masing-masing diantaranya, memiliki kemampuan yang sesuai dengan standar yang Buku Pedoman Kaderisasi Jilid I KMHDI, dan setiap pelatih tersebut memiliki nilai rata-rata diatas 7 (dengan range 10) dalam setiap materi pelatihan.
7. Sasaran/Peserta
 Menjelaskan tentang objek atau siapa yang akan mengikuti kegiatan tersebut ( atau lebih kenal dengan peserta).
8. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
 Tentukan dimana, hari, tanggal, bulan, tahun serta pukul berapa akan dilaksanakan kegiatan tersebut.
9. Anggaran Dana
 Dalam anggaran disini, hanya disebutkan jumlah total pemasukan dan pengeluaran yang diperkirakan oleh panitia, sedangkan rinciannya dibuat dalam lampiran tersendiri.
10. Susunan Panitia
 Dalam halaman atau bagaian susuna panitia, biasanya hanya ditulis posisi yang penting-penting saja, seperti Pelindung Kegiatan, Ketua panitia, Streering Commite dll, sedangkan kepanitian lengkap dicantumkan dalam lampiran.
11. Jadwal Kegiatan
 Dibuat sesuai dengan perencanaan dalam kalender Kegiatan yang telah disusun sebelumnya.
 Atau bisa juga ditulis terlampir, jika jadwalnya banyak.
12. Penutup
 Berisi tentang harapan yang ingin dicapai dan mohon dukungan bagi semua pihak.
 Ditutup dengan lembar pengesahan proposal.
 Terakhir, diikuti dengan lampiran

Senin, 11 Mei 2015

RESENSI BUKU

NAMA : DWI LILLAH DHAMAYANTI
KELAS : 3EA28
NPM : 12212290

A. Pengertian Resensi Buku
Resensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pertimbangan atau pembicaraan tentang buku, ulasan buku. Sedangkan kata “mengulas” itu sendiri mempunyai arti memberikan penjelasan dan komentar; menafsirkan (penerangan lanjut, pendapat, dsb); mempelajari (menyelidiki) dan kata “ulasan” mempunyai arti kupasan, tafsiran, komentar:
Resensi dapat diartikan sebagai karangan yang berisi ulasan sebuah karya, baik itu berupa novel, drama, film, album lagu, dan karya-karya lainnya. Kata resensi berasal dari bahasa Latin, recernseo yang artinya ‘memeriksa kembali ‘ atau ‘menimbang’. Resensi berisi komentar atau penilaian terhadap kualitas (kelebihan dan kelemahan) suatu karya. Aspek-aspek yang perlu kita komentari dalam resensi berkaitan dengan hal-hal berikut.
1. kualitas isi,
2. penggunaan bahasa,
3. format dan struktur penyajian,
4. manfaat buku tersebut bagi pembaca.
Apabila buku tersebut berupa novel, objek penilaiannya adalah hal-hal yang berkaitan dengan tema, latar (setting), alur, tokoh, dan penokohan, unsur enstrinsik, dan unsur-unsur lainnya. Dalam penyusunannya, resensi buku harus menggunakan unsur-unsur berikut.
1. Identitas buku, meliputi :
a. judul buku,
b. nama pengarang
c. tahun terbit,
d. nama penerbit, dan
e. kota terbit.
2. Pokok-pokok isi buku (sinopsis).
3. Kepengarangan.
4. Keunggulan isi buku.
5. Kekurangan isi buku.
6. Saran-saran yang perlu ditambahkan pada isi buku.

B. Tujuan Resensi Buku
Tujuan membuat resensi buku :
1. Member informasi atau keterangan menyangkut masalah yang digagas penulis.
2. Memberikan penilaian dan penghargaan tentang isi buku.
3. Mengetahui kesesuaian latar belakag keilmuan penulis dan isi buku yang dibahs.
4. Memberikan penilaian mengenai kelmahan dan keunggulan buku.
5. Memberikan kritikan terhadap buku yang diresensi.
C. Langkah-langkah Meresensi Buku
Langkah-langkan meresensi buku :
1. Menentukan jenis buku yang akan di resensi, diupayakan buku terbaru.
2. Menentukan tujuan resensi buku dibuat, akan dikirim kemana resensi tersebut.
3. Membuat judul resensi yang menarik perhatian pembaca.
4. Menulis identitas buku secara lengkap
a. Judul
b. Pengarang
c. Penerbit
d. Tahun terbit
e. Cetakan, dan
f. Tebal halaman buku.
5. Membaca buku secara keseluruhan dan memahami isi buku secara cermat.
6. Menandai atau membuat catatan singkat mengenai bagian-bagian penting dalam buku tersebut.
7. Sistematika penulisan : pembuka, isi, dan penutup.
8. Mengoreksi dan merevisi (mengedit) dengan tujuan memperbaiki dan menulis kembali sehingga menjadi naskah yang siap dibaca.
9. Setelah dikoreksi dikirim ke redaksi surat kabar atau majalah bisa lewat pos atau email.


C. Unsur Resesi Buku

Daniel Samad (1997: 7-8) menyebutkan unsur-unsur resensi adalah sebagai berikut:
1. Membuat judul resensi
Judul resensi yang menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan, tidakharus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat sesudah resensi selesai.
2. Menyusun data buku
Data buku biasanya disusun sesuai dengan, judul buku,pengarang, penerbit, tahun terbit beserta cetakan, tebal buku, harga buku.
3. Membuat pembukaan
Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut ini:
Memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi apa saja yang diperoleh dan membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain.
Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat: sinopsis atau isi buku secara bernas dan kronologis, ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya, keunggulan buku, kelemahan buku, rumusan kerangka buku, tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit), adanya kesalahan cetak.
E. Contoh Resensi Buku
IDENTITAS BUKU
Judul Buku : Tip & Trik Jago Main Rubik
Penulis : Wicaksono Adi
Penerbit : Gradien Mediatama
Cetakan : 1, 2009
Tebal : 184 halaman
PENULIS
Wicaksono Adi, lahir di Semarang pada 6 Oktober 1986. Di komunitas rubik Indonesia dan internasional, ia dikenal dengan nama panggilan Chuck. Mulai mengenal rubik pada Maret 2009, dengan segera ia jatuh cinta dengan permainan ini serta komunitasnya.
PENDAHULUAN
Buku “Tip & Trik Jago Main Rubik” ini hadir sebagai solusi jitu dan komplit. Buku ini akan menjadi teman akrab Anda dalam menyelami permainan rubik, mulai dari nol hingga mahir. Dari berjam-jan hingga mampu menyelesaikannya dibawah 20 detik, bahkan dengan mata tertutup.
SINOPSIS
Rubik adalah permainan puzzle mekanik berbentuk kubus yang memiliki enam warna pada setiap sisinya. Ditemukan pada tahun 1974 oleh Profesor Ernö Rubik, seorang arsitek dan pemahat asal Hungaria. Dengan segera, rubik menciptakan sensasi internasional. Setiap orang ingin memilikinya. Demam ini menjalar baik pada anak-anak maupun dewasa. Ada sesuatu yang memikat pada kubus kecil ini. Ia memiliki konsep yang sederhana, elegan, namun secara mengejutkan sulit untuk diselesaikan.
Satu demi satu kompetisi lokal diadakan untuk berlomba menyelesaikan rubik, di antaranya American Rubik’s Cube Championship (November 1981), United Kingdom Rubik’s Cube Championship (Desember 1981), Canadian Rubik’s Cube Championship (Maret 1982). Puncaknya, pada bulan Juni 1982 untuk pertama kalinya diselenggarakan Rubik’s Cube World Championship di Budapest, di mana orang-orang dari berbagai negara dipertemukan oleh rubik. Kejuaraan ini dimenangkan oleh seorang pelajar Vietnam berumur 16 tahun, Minh Thai, dengan catatan waktu 22,95 detik. Ketertarikan publik pada rubik mulai memudar menjelang tahun 1990. Orang-orang sudah terlalu kesal saat mencoba menyelesaikannya, mengingat keterbatasan informasi saat itu. Sebagian lebih tertarik dengan kehadiran video game elektronik yang lebih modern. Namun hingga hari ini, lebih dari 30 juta rubik telah terjual (belum termasuk merk-merk tiruannya!), menjadikannya diakui sebagai permainan puzzle terlaris di dunia. Bahkan rubik juga disebut-sebut sebagai mainan terlaris sepanjang masa, berdampingan dengan boneka Barbie.
Dengan kemuncuran internet, rubik akhirnya bangkit dari tidur panjangnya. Pada tahun 2000, petunjuk untuk menyelesaikan rubik telah banyak ditemukan di internet. Demam rubik pun melanda untuk kedua kalinya. Puncaknya terjadi pada tahun 2003, ketika World Championship kedua diadakan di Canada. Rubik dipandang sebagai permainan yang positif, terjangkau, melatih motorik, daya ingat, serta mampu mendorong peminatnya untuk menjalin komunitas dan berkompetisi secara sehat.
IKHTISAR
Speedsolving adalah seni menyelesaikan rubik dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Para pelakunya biasa disebut speedcuber. Bagi
KELEBIHAN
1. Banyak terdapat gambar yang menarik.
2. Penjelasannya sangat rinci.
3. Terdapat indeks untuk kata-kata yang sulit dimengerti.
KEKURANGAN
1. Beberapa kata yang sulit dimengerti tidak terdapat pada bagian indeks.

Daftar pustaka :
https://desypurnamasari.wordpress.com/
Kosasih, Engkos. 2014. Cerdas Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Penerbit Erlangga, Jakarta.
http://www.seocontoh.com/2014/03/contoh-resensi-buku.html?m=1

PENALARAN INDUKTIF

NAMA : DWI LILLAH DHAMAYANTI
KELAS : 3EA28
NPM : 12212290


PENALARAN INDUKTIF

Penalaran adalah pemikiran, logika, pemahaman, proses berpikir yang dapat menghasilkan pengertian atau kesimpulan. Penalaran induktif adalah penalaran dengan dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus. Penalaran ini memudahkan untuk memetakan suatu masalah sehingga dapat dipakai dalam masalah lain yang serupa. Biasanya penalaran induktif ini disusun berdasarkan pengetahuan yang dianut oleh penganut empirisme, yang berarti meski premis-premis yang diangkat benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, kesimpulannya belum tentu benar. Tapi kesimpulan tersebut mempunyai peluang untuk benar.
Selanjutnya pengertian penalaran induktif menurut Tim Balai Pustaka (dalam Shofiah, 2007 :14) istilah penalaran mengandung tiga pengertian, diantaranya :
Cara (hal) menggunakan nalar, pemikiran atau cara berfikir logis.
Hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman.
Proses mental dalam mengembangkan atau mengendalikan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip.
Misalnya pada pengamatan atas logam besi, alumunium, tembaga dan sebagainya. Jika dipanasi ternyata menunjukkan bertambah panjang. Dari sini dapat disimpulkan secara umum bahwa logam jika dipanaskan akan bertambah panjang.
Contoh penalaran induktif adalah :kerbau punya mata. anjing punya mata. kucing punya mata:. setiap hewan punya matapenalaran induktif membutuhkan banyak sampel untuk mempertinggi tingkat ketelitian premis yang diangkat. untuk itu penalaran induktif erat dengan pengumpulan data dan statistik.
Induksi kuat:
Semua burung gagak yang kulihat berwarna hitam.
Induksi lemah:
Aku selalu menggantung gambar dengan paku.
Banyak denda mengebut diberikan pada remaja.
Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum.
Perbedaan dari penalaran deduktif dan induktif adalah, penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umum.
A. GENERALISASI
Generalisasi ialah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas jumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa. Generalisasi dibuktikan dengan data, contoh, statistic dll.
Contoh :
Rezky Aditya adalah bintang iklan, dan ia berwajah tampan
Kevin Julio adalah bintang iklan, dan ia berwajah tampan
Generalisasi : Semua bintang sinetron berwajah tampan.
Jenis-jenis generalisasi :
• Generalisasi Tanpa Loncatan Induktif
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi atas dasar penyimpulan yang telah diselidiki.
Contoh: Sensus penduduk
• Generalisasi Dengan Loncatan Induktif
Adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki
diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
contoh: Hampir seluruh wanita di indonesia senang menggunakan make up ketika berpergian.

B. ANALOGI
Analogi yaitu proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan yang diambil dengan analogi, yaitu kesimpulan dari pendapat khusus dengan beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan kondisinya.
Tujuan Analogi
– Meramalkan kesamaan
– Menyingkap kekeliruan
– Menyusun sebuah klasifikasi
Ada 2 macam analogi,yaitu :
• Analogi Induktif
Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.
Contoh analogi induktif :
Ega Noviantika dalam kontes dangdut academy 2 mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka Ega Noviantika dalam kontes dangdut academy 2 akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.
• Analogi Deklaratif
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
Contoh analogi deklaratif :
Deklaratif untuk penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.


C. HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT
Hubungan sebab akibat diambil dengan menghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lain, dapatlah kita sampai kepada kesimpulan yang menjadi sebab dari fakta itu atau dapat juga kita sampai kepada akibat fakta tersebut.
Penalaran induksi sebab akibat dibedakan menjadi 3 macam:
• Hubungan sebab – akibat
Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi sebab, kemudian ditarik kesimpulan yang berupa akibat.
Contoh
Berusaha, berdoa dan tidak putus asa adalah hal yang bisa membuat kita berada di puncak kesuksesan.
• Hubungan akibat – sebab
Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi akibat, selanjutnya ditarik kesimpulan yang merupakan sebabnya.
Contoh :
Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
• Hubungan sebab – akibat 1 – akibat 2
Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama menjadi sebab hingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadi sebab yang menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya.
Contoh penalaran hubungan sebab – akibat 1 – akibat 2:
Setiap menjelang tahun baru arus lalu lintas di puncak bogor sangat ramai. Sehari sebelum hari H jalanan sudah dipenuhi kendaraan-kendaraan umum maupun pribadi yang mengangkut penumpang yang akan berlibur di puncak bogor. Banyaknya kendaraan tersebut mau tidak mau mengakibatkan arus lalu lintas menjadi semrawut. Kesemrawutan ini tidak jarang sering menimbulkan kemacetan di mana-mana. Lebih dari itu bahkan tidak mustahil kecelakaan sering terjadi.
D. KESIMPULAN
Penalaran induktif adalah penalaran yang mengambil contoh-contoh khusus yang khas untuk kemudian diambil kesimpulan yang lebih umum. Dalam penalaran Induktif ini ada 3 jenis
penalaran Induktif yaitu Generalisai, Analogi, dan Hubungan sebab akibat
ataupun hubungan akibat–sebab.

Referensi :
https://desypurnamasari.wordpress.com/

http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran/
http://storiangga.blogspot.com/2012/12/pengertian-penalaran-induktif.html
http://lailamaharani.blogspot.com/2012/10/penalaran-induktif.html

Sabtu, 17 Januari 2015

TUGAS PERILAKU KONSUMEN YANG KETIGA PENGARUH KELUARGA DAN RUMAH TANGGGA


NAMA : DWI LILLAH DHAMAYANTI
KELAS : 3EA28
NPM : 12212290
Pengaruh keluarga dan rumah tangga
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga adalah kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut atau dapat pula diartikan sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Faktor terpenting dalam keputusan pembelian suatu barang adalah keluarga dan rumah tangga, karena keluarga dan rumah tangga mempunyai peran yang sangat andil dalam mempengaruhi individu atau anggota keluarganya, mengapa dikatakan demikian?, karena keluarga dijadikan patokan dari konsumen sebagai pembeli suatu produk. Akan tetapi pembeli dalam keluarga tersebut tidak langsung membeli produk, dikarenakan beberapa hal, yaitu:
1. Adanya Motivasi
Konsumen akan membeli barang tersebut jika konsumen tersebut termotivasi untuk membelinya, begitu juga sebaliknya jika konsumen tidak termotivasi untuk membeli barang tersebut maka konsumen tidak membeli barang tersebut.
2. Adanya Daya Beli
Jika konsumen telah terpengaruh oleh keluarga, teman, rumah tangga, atau lingkungan sekitar akan sia-sia jika konsumen tersebut tidak memiliki daya beli untuk membeli barang atau produk tersebut, konsumen hanya bisa berangan-angan dan hanya memiliki keinginan untuk memiliki barang tersebut. Perbedaan Rumah tangga dan Keluarga yaitu :
– Rumah tangga hanya mencangkup : keluarga saja, yang terdiri dari ayah, ibu, anak-anak
– Keluarga : cangkupannya lebih luas, terdiri dari beberapa keluarga, seperti om, tante, sepupu, mertua, dan lain-lain.
Keluarga memiliki pendapatan rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga karena jumlah yang lebih banyak dari individu yang bekerja di dalam keluarga. Untuk keluarga maupun rumah tangga, keempat variabel structural yang paling memberi dampak pada keputusan pembelian dan yang demikian paling menarik bagi pemasar adalah usia kepala rumah tangga atau keluarga, status perkawinan, kehadiran anak, dan ststus pekerjaan. Dengan adanya anak maka konsumsi rumah tangga akan bertambah, yaitu konsumsi pakaian anak, susu untuk anak-anak, buku untuk sekolah anak dan lain-lain. Maka dari itu rumah tangga dan keluarga dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian produk
Seorang anak yang biasanya berperan sebagai pengguna akhir dari produk yang dibeli dapat memberi pengaruh yang tidak kecil pada pengambilan keputusan pembelian suatu barang dalam keluarganya. Biasanya anak mencoba memberi pengaruh pada orang tuanya untuk membeli.Walaupun anak tidak mendominasi pengambilan keputusan beli, mereka mempunyai potensi yang besar untuk membentuk aliansi baik dengan ayahnya maupun dengan ibunya dalam membentuk mayoritas pengambilan keputusan beli. Anak bisa berpengaruh pada setiap tahap proses membeli kecuali pada keputusan berapa banyak uang yang akan dibelanjakan (Prasetijo dan Ihalauw, 2005;169).
Pendapat ini dikuatkan oleh suatu penelitian yang dilakukan oleh James F. Nelson yang menjelaskan tentang anak-anak sebagai sumber informasi yang signifikan dalam pengambilan keputusan keluarga. Sebagai sumber informasi anak-anak dapat mempengaruhi keputusan pembelian keluarga dalam pengenalan kebutuhan, dan memberikan informasi, tetapi tidak terlibat dalam keputusan informasi, tetapi tidak terlibat dalam keputusan akhir. Nelson juga menemukan fakta bahwa faktor pendapatan lebih berpengaruh dalam memperkirakan keterlibatan seorang anak dalam sebuah keputusan (Nelson, 1979; 421). Palan dan Wilkes mengemukakan empat strategi yang digunakan oleh anak remaja untuk mempengaruhi orang tua dalam pembelian barang, yaitu:
1. Tawar Menawar
2. Membuju
3. Emosional
4. Permintaan
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan keluarga dan rumah tangga
1.2.2 Bagaimana pengaruh penentuan keputusan pembelian pada sutau keluarga
1.2.3 Apa yang dimaksud Family Life Cycle (FLC)
1.2.4 Bagaimana perubahan struktur keluarga dan rumah tangga
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Pengertian keluarga dan rumah tangga
1.3.2 Penentuan keputusan pembelian pada suatu keluarga
1.3.3 Family Life Cycle (FLC)
1.3.4 Perubahan struktur keluarga dan rumah tangga


BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Keluarga dan Rumah Tangga
Ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dan proses pengambilan keputusannya dalam pembelian suatu barang misalnya keluarga,rumah tangga dan situasi kapan barang tersebut benar-benar dibutuhkan. Model Tingkah Laku Membeli:
Karakteristik yang Mempengaruhi Tingkah Laku Konsumen
Perangsang
Penjualan
Produk
Harga
Tempat
Promosi
Perangsang dan lain-lain.
Faktor-faktor budaya merupakan faktor yang memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada tingkah laku konsumen. dalam rangkuman ini saya akan membahas hubungan pengaruh dari sebuah kelurga dan keluarga serta situasi didalmnya dalam dasar pengaruh perilaku konsumen.
2.2 Penentuan Keputusan Pembelian pada Suatu Keluarga
Keluarga memiliki pendapatan rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga karena jumlah yang lebih banyak dari individu yang bekerja di dalam keluarga. Untuk keluarga maupun rumah tangga, keempat variabel structural yang paling memberi dampak pada keputusan pembelian dan yang demikian paling menarik bagi pemasar adalah usia kepala rumah tangga atau keluarga, ststus perkawinan, kehadiran anak, dan ststus pekerjaan.
Keluarga adalah sama dengan perusahaan; keluarga adalah organisasi yang terbentuk untuk mencapai fungsi tertentu yanmg lebih efektif dibandingkan individu yang hidup sendiri. Fungsi yang paling jelas bahwa dua oramg dapat mencapai lebih baik daripada satu orang adalah mempunyai anak. Walaupun analisis konsumen mungkin tidak mempunyai opini mengenai apakah keluarga harus mempunyai anak atau tidak. Konsekuensi ekonomi dengan hadirnya anak menciptakan struktur permintaan akan pakaian, makana, perbot, rumah, perawatan kesehatan, pendidikan dan produk.lain. anak di dalam keluarga dapat menyebabkan menurunnya permintaan akan produk lain, seperti perjalanan, restoran, pakaian orang dewasa, dan banyak barang yang bebas pilih.
Tipe – Tipe Perilaku Pembelian Menurut Wilkie (1990), tipe perilaku konsumen dalam melakukan pembelian dikelompokkan menjadi empat berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat keterlibatan diferensiasi merek, yang dijelaskan sebagai berikut :
Budget Allocation (Pengalokasian budget) Pilihan konsumen terhadap suatu barang dipengaruhi oleh cara bagaimana membelanjakan atau menyimpan dana yang tersedia, kapan waktu yang tepat untuk membelanjakan uang dan apakah perlu melakukan pinjaman untuk melakukan pembelian.
Product Purchase or Not (Membeli produk atau tidak) Perilaku pembelian yang menggambarkan pilihan yang dibuat oleh konsumen, berkenaan dengan tiap kategori produk atau jasa itu sendiri.
Store Patronage (Pemilihan tempat untuk mendapatkan produk) Perilaku pembelian berdasarkan pilihan konsumen, berdasarkan tempat atau di mana konsumen akan melaksanakan pembelian produk atau jasa tersebut. Misalnya, apakah lokasi bakery menjadi salah satu faktor yang menentukan konsumen dalam melakukan proses pembelian.
Brand and Style Decision (Keputusan atas merek dan gaya) Pilihan konsumen untuk memutuskan secara terperinci mengenai produk apa yang sebenarnya ingin dibeli.
Keluarga dan pengaruh rumah tangga Secara ilmiah keluarga dapat diartikan sebagai sekelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang berhubungan darah, pernikahan, atau adopsi yang tinggal berdampingan. Sedangkan rumah tangga adalah semua orang, baik yang berelasi maupun tidak berelasi yang menempati sebuah unit rumah. Keluarga maupun pengaruh rumah tangga mempengaruhi sikap pembelian konsumen. Misalnya kelahiran anak mempengaruhi suatu keluarga untuk menambah perabotan, bahan makanan bayi, dan lain-lain. Keputusan konsumsi keluarga melibatkan setidaknya lima peranan yang dapat didefinisikan. Peranan-peranan ini mungkin dipegang oleh suami, istri, anak, atau anggota lain dalam rumah tangga. Peranan ganda atau aktor ganda adalah normal.
– Penjaga pintu (gatekeeper). Inisiator pemikiran keluarga mengenai pembelian produk dan pengumpulan informasi untuk membantu pengambilan keputusan
– Pemberi pengaruh (influencer). Individu yang opininya dicari sehubungan dengan kriteria yang harus digunakan oleh keluarga dalam pembelian dan produk atau merek mana yang paling mungkin cocok dengan kriteria evaluasi itu
– Pengambil keputusan (decider). Orang dengan wewenang atau kekuasaan keuangan untuk memilih bagaimana uang keluarga akan dibelanjakan dan produk atau merek apa yang yang akan dipilih.
– Pembeli (buyer). Orang yang bertindak sebagai agen pembelian yang mengunjungi toko, menghubungi penyuplai, menulis cek, membawa produk kerumah, dan seterusnya.
– Pemakai (user). Orang yang menggunakan produk
2.3 Family Life Cycle (FLC)
Konsep family life cycle merupakan alat untuk menggambarkan serangkaian tahap perkembangan kebanyakan keluarga. Untuk menggambarkan realitas berbagai macam tatanan keluarga dan gaya hidup sekaranag maka konsep family life cycle dapat dibagi dua :
Skema Family Life Cycle Tradisional
· Tahap 1, masa lajang, orang muda lajang hidup terpisah dari orang tua.
· Tahap 2, pasangan yang berbulan madu.
· Tahap 3, orang tua, mempunyai satu anak dan tinggal serumah.
· Tahap 4, pasca orang tua, suami istri yang sudah tua, anak-anak tidak tinggal serumah.
· Tahap 5, disolusi, seorang suami atau istri yang masih hidup.
Tahap-tahap Family Life Cycle Alternatif
a. Rumah tangga keluarga terdiri dari, pasangan yang tidak punya anak, pasangan yang terlambat menikah, orang tua tunggal dan keluarga diperluas.
b. Rumah tangga bukan keluarga yaitu pasangan tidak menikah, pasangan bercerai tanpa anak, orang lajang, dan janda atau duda yang sudah tua.
2.4 Perubahan Struktur Keluarga dan Rumah Tangga
Keluarga sebagai suatu lingkup paling dekat dengan konsumen “keluarga” merupakan pengaruh paling kuat pada si konsumen dalam memilih suatu produk. Mengapa demikian, pertama adalah keluarga sebagai sumber orientasi yang terdiri dari keluarga. Kedua adalah keluarga sebagai sumber keturunan. Jadi keluarga ada hubungannya dalam mempengaruhi perilaku konsumen. Dalam kehidupan rumah tangga situasi dari keadaan di dalamnya menjadikan patokan dari konsumen sebagai pembeli, dimana tindakan itu terjadi karena pembentukan sebuah emosional, yaitu terbentuknya suatu keprobadian dan gaya hidup dalam diri si konsumen tersebut. Dengan kata lain pembetukan suatu imej seseorang dalam pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh lingkunga sekitar yaiut kelurga,teman, dan sekitar yang berpengaruh besar dalam perilaku konsumen.
Kepribadian dan Konsep diri Kepribadian: karakteristik psikologi unik dari seseorang yang menyebabkan respons yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan dirinya sendiri. Konsep diri: disebut juga dengan citra diri, dasar yang digunakan adalah bahwa apa yang dimiliki seseorang memberi kontribusi pada dan mencerminkan iden titas mereka, artinya: “kami adalah apa yang menjadi milik kami”. Setelah terpengaruh, mengapa konsumen tidak langsung membeli produk tersebut? memang dalam konteks ini si konsumen telah dipengaruhi oleh pradigma sekitar, akan tetapi dalam proses pembeli ini masih ada beberapa hal yang perlu dicermati seperti
– Motivasi : merupakan suatu kebutuhan yang cukup untuk mendorong seseorang untuk bertindak ,jika suatu pengaruh tidak disertai oleh motivasi kuat dalam membeli maka pembelian itu tidak akan terjadi dalam tanda kutip sebagai”angan angan saja”.
– kemampuan membeli : merupakan hal yang paling mendasar dalam terjadinya goal pembelian suatu produk tertentu,, karena motivasi tanpa adanya kesanggupan dari sang pembeli itu tidak akan terjadi, maka jika kita akan menjadi suatu pemasaran kita harus melihat berbagai aspek dalam menjual produk yang akan kita jual. pengaruh” dalam penjualan suatu produk :
– demografis
– geografis
– daya beli
Jenis Perilaku Keputusan Pembelian: Keterlibatan Tinggi Keterlibatan Rendah Perbedaan besar antara merek Tingkah laku membeli yang kompleks Tingkah laku membeli yang mencari variasi Perbedaan kecil antara merek Tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan Tingkah laku membei yang menjadi kebiasaan Proses Keputusan Pembelian: Penjalasan:
Pengenalan kebutuhan Merupakan tahap pertama proses keputusan pembeli, yaitu ketika konsumen mengenali adanya masalah atau kebutuhan.
Pencarian informasi Tahap yang merangsang konsumen untuk mencari informasi lebih banyak, konsumen mungkin hanya meningkatkan perhatian atau mungkin aktif mencari informasi Sumbersumber informasi: Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan Sumber komersial: Iklan, wiraniaga, agen, kemasan, pajangan Sumber publik: media massa, organisasi penilai konsumen Sumber pengalaman: penanganan, pemeriksaan dan menggunakan produk
Evaluasi alternatif Tahap ketika konsumen menggunkan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif dan perangkat pilihan.
Keputusan membeli Tahap, ketika konsumen benarbenar membeli produk
Tingkah laku pasca pembelian Tahap ketika konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas dan tidak puas Proses Keputusan Pembeli untuk Produk Baru Produk baru: barang atau jasa atau gagasan yang dianggap baru oleh beberapa pelanggan potensial. Produk tersebut mungkin sudah tersedia untuk beberapa waktu. Mengenali kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Membeli Tingkah Laku
Pasca Pembelian Proses yang akan dialami adalah proses adopsi: Proses mental yang dilewati individu dari pertama kali mendengar mengenai suatu inovasi sampai adopsi terakhir. Tahap-tahapnya:
Ø Kesadaran: konsumen menjadi sadar akan produk baru, tetapi kurang informasi me ngenai produk tersebut.
Ø Tertarik: konsumen mencari informasi mengenai produk baru
Ø Evaluasi: konsumen mempertimbangkan apakah masuk akal untuk mencoba produk baru.
Ø Mencoba: Konsumen mencoba produk baru dalam skala kecil untuk meningkatkan perkiraannya mengenai nilai produk tersebut.
Ø Adopsi: konsumen memutuskan untuk menjadi pengguna produk baru sepenuhnya dan teratur.
2. Pengaruh Individu dan Pengaruh Situasi
Pengaruh Individu dalam Perilaku Konsumen
Dalam perilaku konsumen banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah individu itu sendiri. Setiap individu yang satu dengan individu yang lain dalam mengkonsumsi suatu barang dan jasa pasti berbeda. Tetapi ada kalanya seorang individu dalam mengkonsumsi suatu barang atau jasa dipengaruhi oleh individu lain sehingga individu tersebut mengikuti individu yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, pengaruh individu sangat menentukan dalam perilaku konsumsi. Konsumen yang selektif akan aktif melibatkan diri mereka dalam proses pengambilan keputusan pembelian. Hal ini dapat menghindari resiko yang dapat ditimbulkan oleh produk. Jika tingkat keterlibatan tinggi secara pribadi maka konsumen tersebut sebagai pemimpin opini.
Suatu perilaku konsumen pun tak lepas dari pengaruh kelompok dan personal yang dianutnya. Reference group adalah seseorang atau sekelompok orang yang empengaruhi perilaku individu secara signifikan. Reference group dapat berupa artis, atlit, tokoh politik, kelompok musik, partai politik, dan lain-lain. Reference group mempengaruhi dalam beberapa cara. Pertama-tama reference group menciptakan sosialisasi atas individu. Kedua reference group berperan penting dalam membangun dan mengevaluasi konsep seseorang dan membandingkannya dengan orang lain. Ketiga, reference group menjadi alat untuk mendapatkan pemenuhan norma dalam sebuah kelompok social.
Perbedaan dan pengaruh individu merupakan faktor internal yang menggerakkan dan mempengaruhi perilaku. Setiap individu memiliki kepribadian berbeda dan tidak ada manusia yang diciptakan sama, sehingga di dalam perilaku konsumsi individu memiliki pilihan yang berbeda pula. Ada lima hal yang menyebabkan konsumen berbeda : (1) Sumberdaya konsumen, (2) Motivasi dan keterlibatan, (3) Pengetahuan, (4) Sikap dan (5) Kepribadian, gaya hidup dan demografi.
2. Pengaruh Situasi dalam Perilaku Konsumen
Faktor situasional adalah kondisi sesaat yang muncul pada tempat dan waktu tertentu. Yang mana kemunculanya terpisah dari diri produk maupun konsumen. Mendifinisikan situasi sebagai semua faktor yang utama terhadap tempat dan situasi yang tidak menurut pengetahuan seseorang (intra individu ) dan stimulasi (alternatif pilihan) dan memiliki bukti dan pengaruh sistimatis pada prilaku saat itu.
Pengaruh situasional adalah kekuatan sesaat yg tidak berasal dari dalam diri seseorang atau berasal dari produk atau merek yang dipasarkan. Pengaruh situasional adalah kondisi sesaat yang muncul tiba-tiba yang mana kemunculannya tidak dari dal diri oang tersebut maupun dari merk suatu barang, yang mana dalam hal tersebut terdapat stimulus yang sangat kuat untuk mempengarui orang melakukan kegiatan konsumsi. Pengaruh situasi sangatlah berbengaruh terhadap perilaku konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu barang atau produk.
Faktor lingkungan adalah hal yang menyebabkan suatu situasi dimana perilaku konsumen muncul pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Berikut ada lima karakteristik situasi konsumen yaitu:
Lingkungan fisik, Sarana fisik yang menggambarkan situasi konsumen yang meliputi: lokasi, dekorasi, aroma, cahaya, cuaca dan objek fisik lainnya yang ada di sekeliling konsumen
Lingkungan Sosial, Kehadiran dan ketidakhadiran orang lain pada situasi tersebut
Waktu, Waktu atau saat perilaku muncul (jam, hari, musim libur, bulan puasa, tahun baru). Waktu mungkin diukur secara subjektif berdasarkan situasi konsumen, misal kapan terakhir kali membeli roti
Tujuan, Tujuan yang ingin dicapai pada suatu situasi. Misalkan konsumen yang belanja untuk acara keluarga di rumah akan menghadapi situasi berbeda dibandingkan belanja untuk kebutuhan sendiri
Suasana Hati, Suasana hati atau kondisi jiwa yang sesaat (misalnya perasaan khawatir, tergesa-gesa, sedih, marah) yang dibawa pada suatu situasi.
Jenis-jenis situasi konsumen
Situasi Komunikasi adalah suasana atau lingkungan dimana konsumen memperoleh informasi atau melakukan komunikasi. Konsumen mungkin memperoleh informasi melalui :
Komunikasi Lisan dengan teman, kerabat, tenaga penjual, atau wiraniaga
Komunikasi Tulisan dengan membaca koran, majalah, poster, billboard, brosur, leaflet dsb
Informasi diperoleh dari iklan saat sedang menonton televise, saat sedang mendengarkan radio, langsung dari toko melalui promosi penjualan, pengumuman di rak dan di depan toko.
Situasi Pembelian adalah lingkungan atau suasana yang dialami/dihadapi konsumen ketika membeli produk dan jasa. Situasi pembelian akan mempengaruhi keputusan membeli. Misalnya, ketika konsumen berada di pegunungan, ia mungkin akan bersedia membayar untuk memperoleh jagung bakar berapa saja harganya ketika lapar dan ingin makanan yang hangat.
Situasi Pemakaian disebut juga situasi penggunaan produk dan jasa yang merupakan situasi atau suasana ketika konsumen ingin mengkonsumsi / mengunakan suatu produk atau jasa. Konsumen sering kali memilih suatu produk karena pertimbangan dari situasi konsumsi. Misalnya, konsumen muslim sering menggunakan pakaian muslim pada saat hari raya idul fitri atau hari besar keagamaan lainnya. Situsi seperti ini lah yang digunakan oleh produsen untuk menggunakan konsep situasi pemakaian.
Situasi pembelian mempunyai pengaruh yang nyata terhadap keputusan pembelian. Hal ini menunjukkan bahwa situasi pembelian mampu menghadirkan keinginan konsumen untuk membeli karena situasi ini bisa menjadi stimulus terhadap keputusan konsumen untuk membeli. Gaya hidup pembelian juga mempunyai pengaruh yang nyata terhadap keputusan pembelian konsumen atas sesuatu. Konsumen dengan gaya hidup berlebihan ternyata juga mengikuti mode-mode pakaian khususnya, misalnya celana jeans sehingga gaya hidup mereka berpengaruh terhadap keputusan pembelian yang dilakukan. Situasi pembelian dan gaya hidup terhadap mode bagi konsumen dengan gaya hidup believer ternyata cukup tinggi mampu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Situasi tidak terduga dapat menjadi pemicu seseorang untuk membeli suatu barang. Misalnya, seseorang ingin menulis tetapi pensil mekanik yg ia punya ternyata tidak ada isi pensilnya, dengan keadaan yang seperti itu maka keputusan yang ia pilih adalah dengan membeli isi pensil mekaniknya dan melanjutkan tulisannya.